TUGASTERSTRUKTUR
|
DOSEN PENGAMPU
|
Hadits Tarbawi
|
Ade Destri Deviana, S.S., M.Pd.I
|
HADIS TENTANG WAKTU, TEMPAT, JADWAL BELAJAR DAN MEDIA
PEMBELAJARAN (TULISAN, MIMBAR DAN LAIN-LAIN)
DisusunOleh:
Kelompok V
Ahmad Mawardi (1401230694)
Dahlani Yusuf (1401230698)
Hariyadi (1401230701)
Ahkmad Renaldi (1401230697)
Helmi Anwari Ali (1401230702)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
ANTASARI BANJARMASIN
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
BANJARMASIN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, para
sahabat dan keluarganya.
Makalah ini berjudul “Hadits Tentag Waktu, Tempat, dan Jadwal
Pembelajaran dan Hadits Tentang Medi Pembelajaran” yang merupakan salah satu tugas pokok
dalam mata kuliah Hadits Tarbawi.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan, oleh karena itu kami harap pembaca dapat memberikan kritik dan
saran.
Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat. Perhatian dan
partisipasinya kami ucapkan terima kasih .
Banjarmasin,
02 Mei 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW adalah pembimbing sekaligus guru bagi seluruh umat Islam, dalam setiap perkataan, perilaku maupun yang lainnya dari beliau adalah pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya. Tidak terkecuali dari hal belajar atau menuntut ilmu, beliau tidak hanya menyampaikan pelajaran semata tetapi juga meperhatikan segala aspek yang menunjang pembelajaran tersebut, yaitu dari segi waktu belajar, tempat, jadwal, sampai media yang digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu marilah kita pelajari bersama hadits-hadits berikut dan hikmah yang dapat kita ambil bersama.
Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalamproses belajar.[1]
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiyah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara(وَسَائِل)atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[2]
A. Rumusan Masalah
1. Sebutkan dan Jelaskan Hadits Tentang Waktu, Tempat, dan Jadwal Belajar dan Penjabarannya?
2. Sebutkan dan Jelaskan Hadits Tentang Media Pembelajaran dan Penjabarannya?
B. Tujuan
1. Menyebutkan dan Menjelaskan Hadits Tentang Waktu, Tempat, dan Jadwal Belajar dan Penjabarannya.
2. Menyebutkan dan Menjelaskan Hadits Tentang Media Pembelajaran dan Penjabarannya.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. WAKTU DAN TEMPAT BELAJAR
1. Teks hadits
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَصْبَهَانِيِّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ ذَكْوَانَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ فَقَالَ اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلَاثَةً إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنْ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْ اثْنَيْنِ قَالَ فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ ثُمَّ قَالَ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ (رواه البخاري(
2. Terjemah
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abu'Awanah dari Abdurrahman bin Al Ashbahani dari Abu Shalih Dzakwan dari Abu Sa'id, bahwa seorang wanita menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menyampaikan uneg-unegnya, "Wahai Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa datang kepadamu dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah harimu sehingga kami bisa menemuimu dan anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepada anda." Rasul mengiayakan dengan bersabda: "Boleh, berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, " maka para wanita pun berkumpul dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepada para wanita itu: "Tidaklah salah seorang di antara kalian melahirkan tiga anak (yang shalih), kecuali ketiga anak itu akan menjadi penghalang neraka baginya." Maka ada seorang wanita yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana kalau hanya dua?" Wanita itu mengulanginya hingga dua kali. Maka Rasulullah menjawab: "Sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua.[3]
" ( H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Penjabarannya
Hadis di atas menjelaskan perhatian Nabi terhadap pendidikan para sahabat terutama kaum wanita. Pembelajaran yang dilakukan Nabi tidak hanya sepihak terhadap kaum pria saja akan tetapi juga terhadap kaum wanita. Sebagaimana Beliau mempunyai majelis ilmu khusus pria dan umum yang dilakukan Beliau setiap selesai shalat wajib di masjid. Ada beberapa kandungan pada Hadis tersebut, diantaranya:
Majlis pembelajaran kaum wanita
Pada hadis diatas dijelaskan bagaimana semangat sahabat kaum wanita yang ingin belajar dari Rasulullah sebagaimana yang diajarkan kepada kaum pria. Para shabat wanita sangat mengharapkan bisa bertemu langsung dengan Rasulullah dan diajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat sebagaimana yang diajarkan Allah. Ungkapan kaum wanita itu diwakili oleh seorang perempuan, dia memohon kepada Rasulullah agar Beliau sudi mengajar merekaa dengan ungkapan :
ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ
“kaum pria berangkat mempelajari Hadis dari engkau”
Permohonan kaum wanita belajar dengan Nabi dianalogikan dengan pembelajaran yang diberikan kepada kaum pria. Seolah-olah di sini terjadi emansipasi kaum wanita dalam pembelajaran. Emansipasi kebaiakan dalam amal saleh adalah suatu kebaikan yang banyak dilakukan oleh para sahabat wanita zaman dahulu dan sangat langka dilakukan oleh kaum wanita sekarang era modern. Emansipasi wanita zaman sekarang terbatas pada masalah materi atau jabatan yang menjanjikan belaka semata. Sangat langka terjadi emansipasi wanita dalam masalah pendidikan agama atau pembelajaran sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.[4]
Waktu dan Tempat Pembelajaran
Waktu belajar hendaknya harus disepakati antara murid dan guru, kalau tidak di sepakati waktunya, sulit pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kaum wanita memohon kepada Nabi dengan ucapan:
فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيه
“Berilah kami kesempatan dari engkau suatu hari kami akan datang di situ”
Jika kita ingin melakukan proses pembelajaran antara guru dan murid, tentunya terlebih dahulu menentukan waktu dan tempatnya. Penentuan ini akan lebih baik kalau ada kesepakatan antara murid dan guru. Dalam Haddis di atas permintaan kaum wanita yang menentukan hari apa untuk belajar dan ini merupakanetika murid yang baik terhadap gurumempersilahkan guru yang menentukan dan murid tidak mendahului guru. Namun demikian Nabi seorang demokratis tidak menentukan waktu semena-mena atau secara sepihak, melainkan disepakati bersama. Mereka mengharap diajarkan ilmu dari Allah.
تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ
“Tuan mengajarkan kepada kami tentang apa yang telah Allah ajarkan kepada Tuan.”
Permohonan mereka agar Nabi mengajarkan ilmu yang diajarkan oleh Allah. Ini adalah ungkapan ketulusan yakni sama-sama mengabdi kepada Allah dan ingin di bagi ilmu dari Allah atau wahyu dari Allah. Ilmu yang diajarkan Allah adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Beliau memberikan kesempatan kepada mereka untuk memilih dan menentukan hari dan waktu untuk belajar dengan sabda beliau:
فَقَالَ اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ
“Berkumpullah kalian di hari anu dan tempat anu.”
Nabi mempersilahkan kepada merekamenentukan hari dan tempat yang memungkinkan bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan melaksanakan pembelajaran. Penentuan waktu dan tempat setelah ada permintaan dan setelah diketahui keinginan atau aspirasi murid tentunya lebih diharapkan, lebih menyenangkan, dan lebih merindukan dari pada tidak ada permintaan. Guru sebagai motivator memang harus mampu menggairahkan semangat murid untuk mencari ilmu.[5] . Adapun pelajaran yang dapt diambil dari hadits diatas adalah perlunya kesepakatan waktu, jadwal, dan tempat pembelajaran.[6]
B. JADWAL PEMBELAJARAN
Membuat jadwal belajar menjadi sebuah keharusan karena bagi para penuntut ilmu ,adalah kenikmatan bagi mereka jika bisa belajar menuntut ilmu dengan nyaman, bahkan mereka bisa lupa waktu lupa umur dan hal lainnya. Sebagaimana hadits dari abi wa’il menyebutkan :
1. Teks Hadits
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ
يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
2. Terjemah
“Dari abi wail berkata :abdullah bin mas’ud memberi pelajaran kepada orang banyak setiap hari kamis, seorang laki-laki bertanya kepadanya :” Hai Abdurrahman ! demi allah jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari”. Beliau menjawab: “ Ingatlah,bahwa yang mencegah aku dari yang demikian itu, aku tidak suka membuat engkau menjadi bosan. Sesungguhnya aku memperhatikan waktu untuk memberi mau’idzah (pelajaran) kepada kamu sebagaimana Rasulullah memerhatikannya untuk kita karena khawatir membosankan.” (HR.Bukhari dan Muslim )[7]
3. Penjabarannya
Pada hadits diatas dijelaskan para murid abdurrahman bin mas’ud mempunyai himmah yang sangat besar terhadap menuntut ilmu, bahkan mereka meminta langsung kepada abdurrahman bin mas’ud untuk menambah jadwal pembelajaran nya menjadi setiap hari. Akan tetapi keinginan mereka dibantah oleh Abdurrahman bin mas’ud . beliau memberikan pelajaran dan mau’idzah kepada murid-muridnya seminggu sekali yakni setiap hari kamis. Alasan nya adalah untuk mengantisipasi semangat para murid agar tetap segar dan tidak merasakan kebosanan.
Seorang guru yang bijak dapat mengarahkan dan menyalurkan aspirasi anak muridnya dengan baik , tidak harus diberi semua atau dipatahkan semangatnya.akan tetapi, guru yang baik dapat mengarahkan yang lebih baik dan lebih maslahat bagi keberlangsungan pembelajaran.[8]
Jadi musuh yang sangat sulit untuk di kalahkan dalam meuntut ilmu adalah rasa kebosanan, bosan adalah penyakit yang berbahaya bagi semua manusia. Oleh karena itu, berbagai strategi dan pendekatan dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan modern , diantaranya mengaktifkan murid dalam proses pembelajaran dengan penekatan PAIKEM (pembelajaran aktif ,inovativ kreatif efektif dan menyenangkan) untuk mengantar murid agar senang dan tidak bosan dan menerima pelajaran atau bosan belajar.[9]. Ada beberapa hal yang dapat diambil dari hadis diatas bahwa, jadwal pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kondisi murid dan tingkat kesulitan materi pembelajaran, kurikulum pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan jenjang usia pendidikan, tingkat kesulitan, dan lainnya, penyesuaian kurikulum dengan kemampuan anak didik, jadwal pembelajaran yang tidak membosankan umumnya 1 minggu sekali pertemuan.
C. TULISAN SEBAGAI MEDIA
1. Teks Hadits
عَمرَو بْنَ مَيْمُونٍ الأَودِيَّ قَالَ كَانَ سَعْدٌ يُعَلِّمُ بَنِيهِ هَؤُلاَءِ الكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ المُعَلِّمُ الغِلْمَانَ الكِتَابَةَ وَيَقُولُ ٳنَّ الرَّسُولَ اللهِ صلّى الله عليه و سلّم كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلَاةِ اللهُمَّ ٳِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنَ الجُبْنِ وَأَعُوذُبِكَ أَنْ أُرَدَّ اِلىَ اَرْذَلِ العُمرِ وَأَعُوذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ {اخرجه البخاري والترمذي}
2. Terjemah
Dari Amr bin Maimun al-Audiy berkat sa’ad mengajarkan beberapa kalimat do’a sebagaimana seorang guru mengajarkan tulisan kepada anak-anak dan dia berkata bahwa Rasulullah selalu memohon perlindungan dari bebrapa kalimat itu setiap selesai sholat, yaitu: Ya Allah, sesungguhny aku mohon perlindungan kepada Engkau dari rsa takut, dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari di kembalikan ke serendah-rendahnya usia(pikun) dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari fitnah dunia dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari siksa kubur. (HR. Bukhari dan Turmudzi).[10]
3. Penjabarannya
Pengajaran yang diberikan sa’ad kepada anaknya merupakan pelajaran bagi kita bahwa member pengajaran dapat dilakukan dengan kata demi kata, kalimat demi kalimat seperti pengajaran baca tulis, baik secara langsung murid-murid mengikuti bacaan atau secara imla/dekti. Metode pertama yang dilakukan yaitu guru menuliskan tulisan dipapan tulis kemudian murid-murid menulis kata demi kata, kalimat demi kalimat. Atau melakukan metode dekti yaitu guru membacakan kata demi kata atau kalimat ke kalimat diluar kepala, lalu murid menulis apa yang dibacakan guru tersebut setelah selesai murid membaca tulisannya untuk diperdengarkan gurunya. Disini tulisan sebagai media pendidikan baik dalam pembelajaran tulis baca ataupun dalam pembelajaran do’a.
4. Pelajaran yang dipetik dari hadits:
a. Perlunya orangtua mengajarkan do’a-do’a penting kepada anak-anaknya demikian juga seorang pendidik terhadap anak didiknya.
b. Pengajaran diperlukan media seperti tulis baca untuk membantu dan memudahkan materi pembelajaran itu dapat diserap dan mudah dipahami oleh anak didik. Waktu selesai sholat adalah waktu yang mustajab untuk berdo’a.[11]
D. MIMBAR SEBAGAI MEDIA
Sunah menggunakan mimbar atau tempat yang lebih tinggi sebagai mimbar dalam khotbah atau sejenisnya. Mimbar merupakan salah satu alat pendidikan seperti halnya kursi, meja, bangku, dan papan tulis. Semua itu diperlukan demi menunjang kelancaran proses pembelajaran. Guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru professional. Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran, sehingga tujuan pun tercapai secara optimal.
1. Teks Hadits
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كِلَاهُمَا عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ نَفَرًا جَاءُوا إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَدْ تَمَارَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ فَقَالَ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ وَمَنْ عَمِلَهُ وَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ قَالَ فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا عَبَّاسٍ فَحَدِّثْنَا قَالَ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى امْرَأَةٍ قَالَ أَبُو حَازِمٍ إِنَّهُ لَيُسَمِّهَا يَوْمَئِذٍ انْظُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ يَعْمَلْ لِي أَعْوَادًا أُكَلِّمُ النَّاسَ عَلَيْهَا فَعَمِلَ هَذِهِ الثَّلَاثَ دَرَجَاتٍ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوُضِعَتْ هَذَا الْمَوْضِعَ فَهِيَ مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ وَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ عَلَيْهِ فَكَبَّرَ وَكَبَّرَ النَّاسُ وَرَاءَهُ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ رَفَعَ فَنَزَلَ الْقَهْقَرَى حَتَّى سَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ حَتَّى فَرَغَ مِنْ آخِرِ صَلَاتِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي
2. Terjemah
Dari yahya bin yahya dan qutaibah ibn sa’id, keduanya dari abdul aziz, berkata yahya: telah mengabarkan kepada kami abdul aziz bin abi hazim dari ayahnya bahwasanya orang-orang mendatangi sahal ibn sa’d as sa’idiy dan mereka berbeda pendapat tentang kebiasaannya (berdakwah) di mimbar. Mereka menanyakan hal itu kepadanya. Demi allah sesungguhnya saya mengetahui hal itu. Saya mengetahui pertama kali hal itu ditetapkan dan pertama kali rasulullah saw. Duduk di atasnya. Rasulullah saw. Mengirim surat kepada seorang perempuan. Berkata abu hazim: sungguh disebutkan namanya pada hari itu, “perintahkanlah pelayanmu (dari) bani an najjar supaya ia membuatkan untukku kayu-kayu (mimbar) yang saya duduki ketika saya berbicara di depan manusia.” Maka dikerjakanlah yang demikian itu dengan tiga tingkat. Kemudian rasul menyuruh (untuk meletakkan) nya, maka diletakkanlah (mimbar itu) di sini. Mimbar itu terbuat dari kayu-kayu hutan. Sungguh saya melihat rasulullah berdiri shalat di atasnya seraya bertakbir sedang orang-orang melihat beliau. Kemudian beliau naik kemudian beliau turun menuju ke belakang dan sujud di pangkal mimbar lalu kembali (ke mimbar). Ketika selesai dari shalatnya, beliau menghadap manusia dan berkata, “wahai manusia, sesungguhnya saya melakukan ini agar kalian menyempurnakan dan mempelajari sholatku”[12]
3. Penjabarannya
Hadis tersebut menjelaskan bahwa nabi selalu menggunakan mimbar untuk menyampaikan khutbah maupun tempat pembelajaran. Mimbar adalah salah satu sarana yang penting dalam pembelajara. Abu hazim seorang tabi’i meriwayatkan bahwa ada beberapa orang mendatangi sahal bin sa’ad al-sa’idhy memperdebatkan tentang mimbar nabi di buat dari apa? Pada saat itu hanya sa’ad yang mengetahui tentang mimbar rasulullah.
Sesuai dengan pengakuan sahal bin sa’ad berkata: demi allah sesungguhnya saya mengetahui hal itu. Saya mengetahui pertama kali hal itu ditetapkan dan pertama kali rasulullah saw. Duduk di atasnya.
Diduga waktu itu para sahabat sudah banyak yang wafat sehingga tidak ada yang di pandang lagi yang mengetahaui mimbar rasulullah selain sahal bin sa’ad. Lantas sahal menceritakan persaksiannya bahwa seseorang mengutus seseorang untuk menemui seorang perempuan dari sahabat anshor yang disebutkan namanya oleh sahal. Al-madiniy meriwayatkan dari ja’far al-mustaghfiriy perempuan itu bernama alatsah, yang lain menyebutkan aisyah.
Nabi berkata : “perintahkanlah pelayanmu (dari) bani an najjar supaya ia membuatkan untukku kayu-kayu (mimbar) yang saya duduki ketika saya berbicara di depan manusia
Mimbar rasulullah dibuat dari kayu tharfa’ atau atsal yakni kayu yang paling bagus bentuknya panjang dan lurus. Sebagian ahli sejarah mimbar rasulullah dulunya tanah sebelum memiliki mimbar dari kayu.
Mimbar baik pada zaman rasulullah ataupun yang selanjutnya di buat sedemikian rupa, tempatnya lebih tinggi dari tempat jemaah, dimaksudkan agar semua jemaah bisa menyaksikan seorang khatib dan dapat mendengar dengan baik.
Ketika itu rassulullah shalat diatas mimbar, sedangkan para sahabat di atas lantai, maksud dalam konteks hadis ini adalah tempat imam lebih tinggi karena ada tujuan untuk member pelajaran kepada para jemaaah, dengan begitu mereka tentu melihat dan menyaksikan gerakan-gerakan nabi dalam melaksanakan shalat sehingga mereka bisa mengikuti dengan benar. Pada zaman dulu fungsi mimbar rasulullah selain sebagai tempat khotbah jum’at, id, dan shalat gerhana atau menyampaikan hal penting juga untuk mengajar.
Setelah selesai shalat beliau menghadap jemaah para sahabat dan bersabda: “wahai manusia, sesungguhnya saya melakukan ini agar kalian menyempurnakan dan mempelajari sholatku”
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa apa yang dilakukan nabi yakni shalat diatas mimbar agar diikuti para sahabat dan agar mereka belajar shalat nabi. Hal ini sudah jelas bahwa mimbar adalah tempat belajar nabi dalam menyampaikan pelajaran baik melalui ceramah-ceramah beliau atau praktik pengamalan agama seperti peragaan shalat.
Dalam dunia pendidikan sekarang memang tidak ada mimbar didalm kelas, akan tetapi pada prinsipnya sama yakni ada tempat duduk guru pada posisi yang mudah terlihat, mudah didengar suaranya. Dengan begitu pelajaran mudah dipahami karena dengan melihat dan mengengar sekaligus.[13]
E. PENDIDIK SEBAGAI MEDIATOR
1. Teks Hadits
حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ سَالِمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُقْبَضُ الْعِلْمُ وَيَظْهَرُ الْجَهْلُ وَالْفِتَنُ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْهَرْجُ فَقَالَ هَكَذَا بِيَدِهِ فَحَرَّفَهَا كَأَنَّه يُرِيدُ الْقَتْلَ ) أخرجه البخاري ) 2.
Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Al Makki bin Ibrahim berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari Salim berkata; aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ilmu akan diangkat dan akan tersebar kebodohan dan fitnah merajalela serta banyak timbul kekacauan". Ditanyakan kepada Beliau shallallahu 'alaihiwasallam: "WahaiRasulullah, apa yang dimaksud dengan kekacauan?" Maka Rasulshallallahu 'alaihiwasallam menjawab: "Begini". Nabi shallallahu 'alaihiwasallam memberi isyarat dengan tangannya lalu memiringkannya. Seakan yang dimaksudnya adalah pembunuhan .(H.R.Bukhari)
3. Penjabarannya
Pada Hadis ini Nabi menyampaikan tanda-tanda kiamat akan tiba, diantaranya ada empat perkara yaitu terangkatnya ilmu, tampak kebodohan, tampak berbagai fitnah dan banyaknya pembunuhan. Hadis ini senada dengan Hadis lain riwayat Bukhari juga:[14]
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ ) أخرجه البخاري )
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aibberkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Az Zinaddari 'Abdurrahman Al A'rajdari Abu Hurairah ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihiwasallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj yaitu pembunuhan- dan harta melimpahruah kepada kalian."(H.R. Bukhari)
Beberapa tanda kiamat yang disebutkan dalam hadis:
a. Terangkatnya Ilmu
Terangkatnya Ilmu ini sebagaimana diterangkan pada hadis lain yang telah di sebutkan yaitu:[15] حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ سَمِعْتَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُا
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا(متفق عليه)
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya; aku mendengar 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash berkata; "Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Allah Azza wa Jalla menghapuskan ilmu agama tidak dengan cara mencabutnya secara langsung dari hati umat manusia. Tetapi Allah akan menghapuskan ilmu agama dengan mewafatkan para ulama, hingga tidak ada seorang ulama pun yang akan tersisa. Kemudian mereka akan mengangkat para pemimpin yang bodoh. Apabila mereka, para pemimpin bodoh itu dimintai fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat dan menyesatkan. (H.R.Bukhari Muslim)
Telah menceritakan kepada kami Al Makki bin Ibrahim berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari Salim berkata; aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ilmu akan diangkat dan akan tersebar kebodohan dan fitnah merajalela serta banyak timbul kekacauan". Ditanyakan kepada Beliau shallallahu 'alaihiwasallam: "WahaiRasulullah, apa yang dimaksud dengan kekacauan?" Maka Rasulshallallahu 'alaihiwasallam menjawab: "Begini". Nabi shallallahu 'alaihiwasallam memberi isyarat dengan tangannya lalu memiringkannya. Seakan yang dimaksudnya adalah pembunuhan .(H.R.Bukhari)
3. Penjabarannya
Pada Hadis ini Nabi menyampaikan tanda-tanda kiamat akan tiba, diantaranya ada empat perkara yaitu terangkatnya ilmu, tampak kebodohan, tampak berbagai fitnah dan banyaknya pembunuhan. Hadis ini senada dengan Hadis lain riwayat Bukhari juga:[14]
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ ) أخرجه البخاري )
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aibberkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Az Zinaddari 'Abdurrahman Al A'rajdari Abu Hurairah ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihiwasallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj yaitu pembunuhan- dan harta melimpahruah kepada kalian."(H.R. Bukhari)
Beberapa tanda kiamat yang disebutkan dalam hadis:
a. Terangkatnya Ilmu
Terangkatnya Ilmu ini sebagaimana diterangkan pada hadis lain yang telah di sebutkan yaitu:[15] حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ سَمِعْتَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُا
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا(متفق عليه)
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya; aku mendengar 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash berkata; "Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Allah Azza wa Jalla menghapuskan ilmu agama tidak dengan cara mencabutnya secara langsung dari hati umat manusia. Tetapi Allah akan menghapuskan ilmu agama dengan mewafatkan para ulama, hingga tidak ada seorang ulama pun yang akan tersisa. Kemudian mereka akan mengangkat para pemimpin yang bodoh. Apabila mereka, para pemimpin bodoh itu dimintai fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat dan menyesatkan. (H.R.Bukhari Muslim)
b. Tampak Kebodohan
Tampknya kebodohan di mana-mana merupakan dampak dari terangkatnya ilmu ke atas. Karena kondisi umat yang sudah tidak menghargai dan mencintai ilmu, tidak mencintai ilmunya para ulama, yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah akibatnya tampak kebodohan di mana-mana. Banyak orang bodaoh tp tidak merasa bodoh, bahkan merasa sok pintar dan merasa paling pintar sendiri. Sekalipun bodoh tidak perlu nasihat tetapi bangga menjadi penasihat. Inilah kondisi umat manusia pada akhir zaman yang disebutkan pada Hadis di atas mereka mengangkatorang yang tidak berilmu sebagai pemimpin,akibatnya mereka sesat dan menyesatkan.
c. Tampak Berbagai Fitnah
Fitnah dalam arti sederhananya adalah ujian (al-ibtila). Allah berfirman dalam Q.S. Al Anbiyaa’ ayat 35.[16]
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ٣٥
Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Al-Anbiya ayat 35).
Ujian yang menimpa kepada manusia bisa berkaitan dengan berbagai hal, diantaranya berkaitan dengan agama, aqidah, harta,anak, jabatan, dan jiwa raga.
Rasulullah menjelaskan suatu arti kata dengan memberikan isyarat, seperti menjelaskan tentang haraj. Beliau menggunakan jari beliau untuk menjelaskan kepada sahabat dengan mendemonstrasikan badan dan tangan beliau seolah-olah memukul lawan yang ada di hadapannya.
Pada prinsipnya beliau selalu berusaha menyampaikan kalimat beliau dengan bahasa yang mudah dan dipahami para sahabat, bahkan terkadang diulang-ulang sampai tiga kali dan terkadang dengan badan dan jari-jari beliau atau dengan anggota lain.
5. Pelajaran yang dipetik dari hadits
a. Tanda-tanda kiamat ada empat: hilangnya ilmu, banyak kebodohan, fitnah dan pembunuhan.
b. Nabi selalu menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh para sahabat.
c. Kesungguhan para sahabat terhadap hadits nabi, ketika mereka tidak paham sesuatu, mereka langsung menanyakannya.
d. Nabi SAW menggunakan media pembelajaran agar para sahabat mudah memahami maksud perkataan nabi.[17]
Media-media pembelajaran di atas adalah media yang digunakan pada zaman dahulu. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, media-media pembelajaran sekarang sangat banyak ditemukan diantaranya:
1. Papan tulis digunakan untuk membuat tulisan, gambar, grafis dan sebagainya.
2. Bulletin board dan display digunakan untuk mempertontonkan pekerjaan siswa, gambar-gambar, badan, poster atau objek berdimensi lainnya.
3. Gambar dan ilustrasi fotografi gambar ini tidak diproyeksikan, terdapat di sekitar kita dan relatif mudah di peroleh untuk di pertunjukkan kepada anak.
4. Slide dan filmstrip merupakan gambar yang diproyeksikan, dapat di lihat dan mudah dioperasikan.
5. Film
6. Rekaman pendidikan
7. Radio pendidikan.
8. Televisi pendidikan.
9. Peta dan globe.
10. Buku Pelajaran.
11. LCD.
12. Tape recorder.
13. Komputer, laboratoriom dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. HADITS TENTANG WAKTU DAN TEMPAT BELAJAR
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَصْبَهَانِيِّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ ذَكْوَانَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ فَقَالَ اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلَاثَةً إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنْ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْ اثْنَيْنِ قَالَ فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ ثُمَّ قَالَ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ (رواه البخاري(
Terjemah
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abu'Awanah dari Abdurrahman bin Al Ashbahani dari Abu Shalih Dzakwan dari Abu Sa'id, bahwa seorang wanita menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menyampaikan uneg-unegnya, "Wahai Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa datang kepadamu dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah harimu sehingga kami bisa menemuimu dan anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepada anda." Rasul mengiayakan dengan bersabda: "Boleh, berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, " maka para wanita pun berkumpul dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepada para wanita itu: "Tidaklah salah seorang di antara kalian melahirkan tiga anak (yang shalih), kecuali ketiga anak itu akan menjadi penghalang neraka baginya." Maka ada seorang wanita yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana kalau hanya dua?" Wanita itu mengulanginya hingga dua kali. Maka Rasulullah menjawab: "Sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua.
" ( H.R. Bukhari dan Muslim).
2. HADITS TENTANG JADWAL PEMBELAJARAN
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ
يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
Terjemah
“Dari abi wail berkata :abdullah bin mas’ud memberi pelajaran kepada orang banyak setiap hari kamis, seorang laki-laki bertanya kepadanya :” Hai Abdurrahman ! demi allah jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari”. Beliau menjawab: “ Ingatlah,bahwa yang mencegah aku dari yang demikian itu, aku tidak suka membuat engkau menjadi bosan. Sesungguhnya aku memperhatikan waktu untuk memberi mau’idzah (pelajaran) kepada kamu sebagaimana Rasulullah memerhatikannya untuk kita karena khawatir membosankan.” (HR.Bukhari dan Muslim )
3. HADITS TENTANG MIMBAR SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كِلَاهُمَا عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ نَفَرًا جَاءُوا إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَدْ تَمَارَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ فَقَالَ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ وَمَنْ عَمِلَهُ وَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ قَالَ فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا عَبَّاسٍ فَحَدِّثْنَا قَالَ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى امْرَأَةٍ قَالَ أَبُو حَازِمٍ إِنَّهُ لَيُسَمِّهَا يَوْمَئِذٍ انْظُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ يَعْمَلْ لِي أَعْوَادًا أُكَلِّمُ النَّاسَ عَلَيْهَا فَعَمِلَ هَذِهِ الثَّلَاثَ دَرَجَاتٍ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوُضِعَتْ هَذَا الْمَوْضِعَ فَهِيَ مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ وَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ عَلَيْهِ فَكَبَّرَ وَكَبَّرَ النَّاسُ وَرَاءَهُ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ رَفَعَ فَنَزَلَ الْقَهْقَرَى حَتَّى سَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ حَتَّى فَرَغَ مِنْ آخِرِ صَلَاتِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي
2. Terjemah
Dari yahya bin yahya dan qutaibah ibn sa’id, keduanya dari abdul aziz, berkata yahya: telah mengabarkan kepada kami abdul aziz bin abi hazim dari ayahnya bahwasanya orang-orang mendatangi sahal ibn sa’d as sa’idiy dan mereka berbeda pendapat tentang kebiasaannya (berdakwah) di mimbar. Mereka menanyakan hal itu kepadanya. Demi allah sesungguhnya saya mengetahui hal itu. Saya mengetahui pertama kali hal itu ditetapkan dan pertama kali rasulullah saw. Duduk di atasnya. Rasulullah saw. Mengirim surat kepada seorang perempuan. Berkata abu hazim: sungguh disebutkan namanya pada hari itu, “perintahkanlah pelayanmu (dari) bani an najjar supaya ia membuatkan untukku kayu-kayu (mimbar) yang saya duduki ketika saya berbicara di depan manusia.” Maka dikerjakanlah yang demikian itu dengan tiga tingkat. Kemudian rasul menyuruh (untuk meletakkan) nya, maka diletakkanlah (mimbar itu) di sini. Mimbar itu terbuat dari kayu-kayu hutan. Sungguh saya melihat rasulullah berdiri shalat di atasnya seraya bertakbir sedang orang-orang melihat beliau. Kemudian beliau naik kemudian beliau turun menuju ke belakang dan sujud di pangkal mimbar lalu kembali (ke mimbar). Ketika selesai dari shalatnya, beliau menghadap manusia dan berkata, “wahai manusia, sesungguhnya saya melakukan ini agar kalian menyempurnakan dan mempelajari sholatku”
4. HADIST TENTANG TULISAN SEBAGAI MEDIA
عَمرَو بْنَ مَيْمُونٍ الأَودِيَّ قَالَ كَانَ سَعْدٌ يُعَلِّمُ بَنِيهِ هَؤُلاَءِ الكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ المُعَلِّمُ الغِلْمَانَ الكِتَابَةَ وَيَقُولُ ٳنَّ الرَّسُولَ اللهِ صلّى الله عليه و سلّم كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلَاةِ اللهُمَّ ٳِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنَ الجُبْنِ وَأَعُوذُبِكَ أَنْ أُرَدَّ اِلىَ اَرْذَلِ العُمرِ وَأَعُوذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ {اخرجه البخاري والترمذي}
1. Terjemah
Dari Amr bin Maimun al-Audiy berkat sa’ad mengajarkan beberapa kalimat do’a sebagaimana seorang guru mengajarkan tulisan kepada anak-anak dan dia berkata bahwa Rasulullah selalu memohon perlindungan dari bebrapa kalimat itu setiap selesai sholat, yaitu: Ya Allah, sesungguhny aku mohon perlindungan kepada Engkau dari rsa takut, dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari di kembalikan ke serendah-rendahnya usia(pikun) dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari fitnah dunia dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari siksa kubur. (HR. Bukhari dan Turmudzi).
5. HADITS TENTANG PENDIDIK SEBAGAI MEDIATOR
حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ سَالِمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُقْبَضُ الْعِلْمُ وَيَظْهَرُ الْجَهْلُ وَالْفِتَنُ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْهَرْجُ فَقَالَ هَكَذَا بِيَدِهِ فَحَرَّفَهَا كَأَنَّه يُرِيدُ الْقَتْلَ ) أخرجه البخاري ) 1. Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Al Makki bin Ibrahim berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari Salim berkata; aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ilmu akan diangkat dan akan tersebar kebodohan dan fitnah merajalela serta banyak timbul kekacauan". Ditanyakan kepada Beliau shallallahu 'alaihiwasallam: "WahaiRasulullah, apa yang dimaksud dengan kekacauan?" Maka Rasulshallallahu 'alaihiwasallam menjawab: "Begini". Nabi shallallahu 'alaihiwasallam memberi isyarat dengan tangannya lalu memiringkannya. Seakan yang dimaksudnya adalah pembunuhan .(H.R.Bukhar
DAFTAR PUSTAKA
Arsyasd, Azhar. 2010. MediaPembelajaran. Rajawali Pers: Jakarta
Danim, Sudarman. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta
Majid, Abdul Khon. 2012. Hadits Tarbawi. Kencana: Jakarta
Azzabidi. 1997. Ringkasan Shahih Bukahri Juz 4 Cet.1. Mizan: Bandung
Al-Alamah, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Al-Bukhari. th. Shahih Bukhari Bab Ilmu. CV Diponegoro: Bandung
Nashirudin, Muhammad Al-Bani. 2010. Ringkasan shahih Al-Bukhari. Pustaka As-Sunnah: Jakarta
[1] Azhar Arsyasd,. 2010. MediaPembelajaran. Rajawali Pers: Jakarta, hal.1
[2] Ibid, Azhar Arsyad, hal.3
[3] Azzabidi. 1997. Ringkasan Shahih Bukahri Juz 4 Cet.1. Mizan: Bandung, hal. 43
[4] Abdul Majid Khon. 2012. Hadits Tarbawi. Kencana: Jakarta, hal. 334
[5]Ibid , Abdul Majid Khon hal. 333-335
[6] Ibid , Abdul Majid Khon hal. 340
[7] Muhammad Nashirudin Al-Bani. 2010. Ringkasan shahih Al-Bukhari. Pustaka As-Sunnah: Jakarta, hal. 129
[8] Ibid , Abdul Majid Khon hal. 342
[9] Ibid , Abdul Majid Khon hal. 343
[10] Ibid , Abdul Majid Khon hal. 340
[11] Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi, (Kencana:Jakarta,2012), 348-355
[12] Ibid , Abdul Majid Khon hal. 357
[13] Ibid , Abdul Majid Khon hal. 357
[14]Ibid h. 345
[15]Ibid h. 345
[16]Ibid h. 346
[17] Ibid , Abdul Majid Khon hal. 345
Tidak ada komentar:
Posting Komentar