Selasa, 29 Desember 2015

Sejarah Peradaban Islam Masa Dinasty Syafawiyah

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji syukur kehadirat Allah yang senantiasa mencurahkan taufiq dan hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam , keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir jaman.

Makalah ini bertemakan “Pertumbuhan Dan Perkembangan Peradaban Islam Kerajaan Syafawi” kami akan membahas hal tersebut yang merupakan tugas semester 2 dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam jurusan pendidikan Bahasa Arab. Kami menyadari bahwa ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kemajuan.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat. Atas perhatian dan partisipasinya diucapkan terimakasih.

Wa’alaikumsalam warahmatullaahi wabarakaatuh.  
Banjarmasin, 30 Maret 2015






BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah kita ketahui bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak sejarah diantaranya banyak lahirnya kerajaan-kerajaan islam di seluruh dunia, sejak sepeninggal khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik islam mengalami kemunduran secara drastic. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kacil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak terhenti sampai disitu. Timur Lenk, sebagaimana telah disebutkan menghancurkan pusat-pusat kekusaan islam yang lain.

Keadaan politik umat islam secara keseluruhan baru mengalami kemajauan kembali setelah muncul dan berkembang tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India, Syafawi di Persia. Dalam kesempatan ini kami akan membahas tentang kerajaan Syafawi berdasarkan tugas kami, karena kerajaan ini juga termasuk dalam daftar kerajaan yang berpengaruh dan berkembang.

B. Rumusan Masalah

Untuk membatasi pembahasan yang akan di bahas untuk itu kami buat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Sejarah lahirnya kerajaan Syafawi?

2. Perkembangannya di berbagai bidang seperti Politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan lainnya?

3. Kemajuan dan kehancurannya?



C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui sejarah lahirnya kerajaan Syafawi?

2. Mengetahui perkembangannya di berbagai bidang seperti Politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan lainnya?

3. Mengetahui kemajuan dan kehancurannya?




BAB II

PEMBAHASAN

A. Kelahiran Peradaban Kerajaan Safawiyah

1. Lahirnya Kerajaan Syafawi

Kerjaan Syafawi berdiri sejak tahun 1503-1722 M. Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijin. Tarekat ini beri nama tarekat Syafawiyah, yang di ambil dari nama pendirinya. Safi Al-Din dan nama Syafawi terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, gerakan itu terus dipertahankan sampai gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.

Sementara itu, di Persia muncul suatu Dinasty yang kemudian merupakan suatu kerajaan besar di dunia. Dinasty ini berasal dari seorang sufi Syekh Ishak Safiuddin dari Ardabil di Azerbaijin.

Safiuddin berasal dari keturunan yang berbeda dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari imam Syi’ah yang enam Musa Al-Kazim. Oleh karena itu, untuk tahap berikutnya kerajaan Syafawi menyatakan Syi’ah sebagai Madzhab Negara. Karena itu kerajaan ini dapat disebut peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran sekarang ini.

Suatu hal yang sangat spektakuler dari kerajaan Syafawi bahwa kerajaan tersebut beraliran Syi’ah dan menjadikannya sebagai keyakinan Negara. Syekh Safiuddin beraliran Syi’ah dan mempunyai pengaruh besar di daerah Persia.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penggagas awal berdirinya kerajaan Syafawi ialah Syekh Ishak Safiuddin yang semula hanya mursyid tarekat dengan tugas dakwah agar umat islam secara murni berpegang teguh pada ajaran agama. Namun, pada tahun selanjutnya setelah memperoleh banyak pengikut fanatic akhirnya aliran tarekat ini berubah menjadi gerakan politik dan awal memperoleh kekuasaan secara nyata pada masa Junaid. Kerajaan Saifuddin beraliran Syi’ah dan menjadikannya sebagai dasar keyakinan Negara.



B. Perkembangan Dan Kemajuan Kerajaan Syafawi

2. Kondisi Politik Dan Sosial Kerajaan Syafawi

Keadaan politik di kerjaan Syafawi mulai bangkit setelah Abbas naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia menata administrasi Negara denga cara yang lebih baik. Kondisi memprihatinkan kerajaan Syafawi dapat diatasi setelah raja Syafawi yang kelima, Abbas I naik tahta, ia memerintah dari tahun 1587-1629 M. Langkah-langkah Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Syafawi adalah:

a. mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengontrolan dan pengaturan dari pusat.

b. pemindahan ibukota ke Isfahan;

c. berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas kerajaan Syafawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang berasal tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang ada sejak raja Tahm I;

d. mengadakan perjanjian damai dengan kerajaan Turki Utsmani;

e. berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah jumat;

Reformasi politik yang dilakukan Abbas I berhasil membuat kerajaan Syafawi kuat kembali. Setelah itu, Abbas I kembali memusatkan perhatiannya untuk merebtu kembali wilayah-wilayah yang hilang.

Selanjutnya , perlu diketahui bahwa kerajaan Syafawi dan Turki Utsmani sebelum abad ke-17 sudah saling bermusuhan dan Syafawi banyak mengalami kekalahan, namun setelah Abbas I naik tahta kerajaan Syafawi dalam merebut kekuasaan Turki Utsmani banyak mengalami kemenangan. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayah kerajaan Turki utsmani pada tahun 1602. Di saat Turki di bawah pimpinan Sultan Muhammad III, pasukan Abbas berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan Nakh Chivan, Evifan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasi tahun 1605-2909 M. selanjutnya pda tahun 1622 M, pasukan Abbas I berhasil merebut kepualauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.

Pada tahun 1902 M, pecahlah perang Turki dengan Austria dan tentara Turki terpaksa pergi memadamkan pemberontakan kaum tarekat Jalaliah ( Maulawiyah) di Asia kecil. kesempatan ini diambil Syekh Abbas dan berhasil merebut kembali Tirbiz dari tangan Turki. Setelah itu, dirampas pula Sirwan dan akhirnya diambilnya Baghdad kembali yagn sudah berkali-kali jatuh ke tangan Turki.

Kemudian, ia sanggup menaklukan negeri kaukasus dan diperkuat batas-batas kekuasaan sampai ke Balakh dan Merv. Pada bulan maret 1622 M. ia dapat pula merampas pulau Hurmuz yang sudah sekian lama menjadi pangkalan kekuasaan bangsa Portugis. Sesudah Syah Abbas I, tidak ada lagi raja Syafawi yang kuat dan akhirnya kerajaan ini dapat dijatuhkan oleh Nadhir Syah.

3. Kondisi Keagamaan

Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa Khalifah-khalifah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama Negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan beliau tanamkan paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya. Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan.

4. Kondisi Ekonomi

Stabilitas politik kerajaan Syafawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Syafawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Syafawi.

Disamping sektor perdagangan, kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur. Namun, setelah Abbas I mangkat perekonomian, Syafawi lambat laun mengalami kemunduran dan puncak kemundurannya terjadi pada kekuasaan Syafi Mirza. Pada masa itu rakyat cendrung masa bodoh karena meraka sudah banyak memperoleh penindasan dari Syafi Mirza, tetapi saudagar-saudagar bangsa Asing banyak berdiam di Iran dan mengendalikan kegiatan ekonomi.

5. Kondisi Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa kerajaan Syafawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus berkembang.

Berkembangnya ilmu pengetahuan masa kerajaan Syafawi tidak lepas dari satu doktrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh Taqlid dan pintu Ijtihad selamanya terbuka. Kaun Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan bahwa Ijtihad telah terhenti dan orang mesti Taqlid saja. Kaum Syi’ah tetap berpendirian bahwa Mujtahid tidak terputus selamanya.

Ilmuan yang melesterikan pemikiran-pemikiran Aristotelis, Al-Farabi, dan Suhrowardi pada sekitar abad ke-17 di kerajaan Syafawi adalah Mullah Sadr dan Mir Damad, Dalam keterangan lain disebutkan, ada beberapa ilmuan yang selalau hadir dimejelis istana, yakni Baha Al-Din, Al-Syaerazi, filosof dan Muhammad Bagir ibn Muhammad Damad, filosof ahli sejarah, teolog, dan ia adalah seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah, Zande, Rud dan istana Chili sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman yang ditata secara baik dan ketika Abbas wafat, beliau meninggalkan 162 masjid, 48 akademi, 1.802 penginapan, dan 273 pemandian yang ada di Isfahan.

6. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Di bidang seni, kemajuan tampak begitu jelas gaya arsitektur bangunanny, seperti terlihat pada maajid Syah yang dibangun tahun 1603 M. unsur seni lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, kerajinan karpet, permadani, pakaian,, tenunan, mode, embikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tamasp I, raja Ismail pada tahun 1522 M. membawa seorang pelukis timur ke Tarbiz, pelukis itu bernama Bizhard. Menurut Hamka pada zaman Abbas I berkembanglah kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat, syair, dan sebagainya.

Di antara pujangga yang gemerlapan bintangnya ialah Muhammad Bagir ibn Muhammad Damad, ahli filsafat dan ilmu pasti. Abbas sendiri asyik dengan ilmu tersebut, bahkan tidak segan Abbas mengadakan penyelidikan sendiri. beliau tidak lengah menggerakan kemajuan pengetahuan-pengetahuan khusus mengenai agama. teutama ilmu Fiqh. Di antara ulama besar yang sangat ternama pada saat itu ialah Baharudin Al-Amili, selaindar seorang ahli agama beliau juga ahli kebudayaan yang mengetahui soal-soal dari berbagai segi. Pada waktu itu, hidup pula filosof Shadaruddin Asyaerozi, ahli filsafat ketuhanan yang banyak mempengaruhi timbulnya paham bahai yang sekarang mengakui diri mereka agama baru. Demikain puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Syafawi pada masa Abbas I abad ke-17 dan setelah Abbas I wafat, kondisi ilmu pengetahuan dan seni mengalami banyak kemunduran.

7. Silsilah Raja-Raja Kerajaan Syafawi

1. Safi Al-Din (1252-1334)

2. Sadar Al-Din Musa (1334-1399)

3. Khawaja Ali (1399-1427)

4. Ibrahim (1427-1447)

5. Juneid (1447-1460)

6. Haidar (1460-1494)

7. Isma'il I (1501-1524 M)

8. Tahmasp I (1524-1576 M)

9. Isma'il II (1576-1577 M)

10. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)

11. Abbas I (1587-1628 M)

12. Safi Mirza (1628-1642 M)

13. Abbas II (1642-1667 M)

14. Sulaiman (1667-1694 M)

15. Husein I (1694-1722 M)

16. Tahmasp II (1722-1732 M)

17. Abbas III (1732-1736 M)



8. Kemunduran dan Kehancuran kerajaan Syafawi

Masa Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi dimulai sejak Raja Abbas I telah tiada, sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husen (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), Abbas III (1732-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi Kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran, karena Kerajaannya ketika itu diperintah oleh raja-raja yang lemah dan memiliki perangai dan sifat yang buruk. Hal ini menyebabkan rakyat kurang respon dan timbul sikap masa bodoh terhadap pemerintahan.

Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I). Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.

Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi .

Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi.

Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gebernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan (budak Husein). Dengan pengakuai ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.

Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia.



9. Raja-raja yang memerintah setelah Abbas I adalah sebagai berikut:


1 .Safi Mirza

628-1642 M

a. Jiwa lidershipnya lemah.

b. Sangat kejam terhadap para pembesar Kerajaan.

c. Memiliki sifat cemburu terhadap petinggi kerajaan.

d. Kota Qandahar lepas dan diduduki Kerajaan Mughal (Sultan Syah Jehan).

e. Bagdad direbut oleh Kerajaan Turki Usmani.


2 .Abbas II

1642-1667 M

a. Sifat dan Moralnya jelek.

b. Pemabuk / suka minum minuman keras.


3 .Sulaiman

667-1694 M

- Kejam terhadap para pembesar Kerajaan, terutama terhadap orang-orang yang dicurigainya

- Karena sifat & moralnya yang buruk itu rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintahannya


4 . Husen

1694-1722 M

a. Memberi kekuasaan yang besar kepada para ‘ulama Syi’ah.

b. Ulama Syi’ah sering salah menggunakan kewenangan / kekuasaan yang diberikan raja.

c. Ulama Syi’ah sering memaksakan pendapat terhadap penganut aliran Sunni sehingga membuat golongan Sunni marah.

d. Konflik yang terjadi antara golongan Syi’ah dengan Sunni berimplikasi pada sistem pemerintahan menjadi tidak stabil secara berkelanjutan.

e. Pernah terjadi pemberontakan bangsa Afghan yang di pimpin oleh Mir Vays yang kemudian digantikan oleh Mir Mahmud. Pada masa pemberontakan Mir mahmud ini, kota Qandahar lepas dari safawi, kemudian disusul kota Isfahan. Pada 12 oktober 1722 M Shah Husein menyerah.


5 .Tahmasp II

1722-1732 M

Dengan dukungan dari suku Qazar Rusia, ia memproklamirkan diri sebagai raja yang berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasannya di Astarabad. Kemudian ia bekerja sama dengan Madhir Khan untuk memerangi bangsa Afghan yang menduduki kota Isfahan. Isfahan berhasil direbut dan Safawi kembali berdiri. Kemudian Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan pada 1732 M.


6 .Abbas III

1732-1736 M

- Tidak berpengalaman.

- Diangkat menjadi Raja pada saat masih kecil.

- Pada 1736 M, Abbas III dilengserkan kemudian kerajaan Safawi diambil alih oleh Nadir Khan. Dengan begitu, maka berakhirlah kerajaan Safawi.
 
Hanya satu abad setelah ditinggal Abbas I, kerajaan ini mengalami kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan berakhirnya kerajaan Safawi :

1. Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antar kedua kerajaan. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliaran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara kedua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun konflik itu pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian antara keduanya pada masa Raja Shah Abbas I, namun tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tida ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar Islam itu

2. Adanya dekadensi moral yang melanda sebagaian para pemimpin Kerajaan Safawi.

3. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qilzibash (baret merah) hal ini dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani. Seperti yang di alami oleh pasukan Qilzibash, sementara anggota pasukan Qilzibash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yag sam,a dengan anggota Qilzibash sebelumnya.

4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.

Selain hal tersebut di atas, pada abad 17 beberapa kalangan Ulama Syiah tidak lagi mau mengakui bahwa Safawiyah telah mewakili pemerintahan sang imam tersembunyi.pertama,Ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun tersebut sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran islam Syiah. Kedua, selaras dengan keyakinan Syiah,bahkan semenjak masa keghaiban besar tahun 941 sang imam tersembunyi tidak lagi terwakili di muka bumi oleh Ulama.Selanjutnya Ulama menegaskan bahwasannya Mujtahid menduduki otoritas keagamaan yang tertinggi.

Kehancuran rezim ini juga di sebabkan sejumlah perubahan yang luar biasa dalam hal hubungan negara dan agama.Safawiyah semula merupakan sebuah gerakan,tetapi setelah berkuasa rezim ini justru menekan bentuk bentuk millenarian islam sufi seraya cenderung kepada pembentukan lembaga ulama negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama resmi Iran, dan mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukanya terhadap ulama sunni

Dengan demikian bentuk-bentuk institusi kenegaraan, kesukuan dan institusi keagamaan safawiyah yang diciptakan oleh Abbas I telah mengalami perubahan secara mencolok pada akhir abad tujuh belas dan awal abad ke delapan belas.

Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, periode pramodern yang berakhir dengan Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama.

Demikianlah, Rezim safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran modern berupa tradisi Persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang dibangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur unsur kesukuan yang utama, dan mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan mandiri.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Kerajan Safawi bermula dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Safawiyah karena pendirinya bernama Syech Safuyudin Ishaq (1252-1334).

2. Perkembangan dan Kemajauan

Ø Kondisi Politik Dan Sosial Kerajaan Syafawi

Mulai bangkit setelah Abbas naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia menata administrasi Negara denga ncara yang lebih baik. Langkah-langkah Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Syafawi adalah:

a. mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengontrolan dan pengaturan dari pusat.

b. pemindahan ibukota ke Isfahan;

c. berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas kerajaan Syafawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang berasal tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang ada sejak raja Tahm I;

d. mengadakan perjanjian damai dengan kerajaan Turki Utsmani;

e. berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah jumat;

Ø Kondisi Keagamaan

Menanamkan sikap toleransi. Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan beliau tanamkan paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya. Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan.

Ø Kondisi Ekonomi

kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Syafawi.

Disamping sektor perdagangan, kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur

Ø Kondisi Bidang Ilmu Pengetahuan

Ilmuan yang melesterikan pemikiran-pemikiran Aristotelis, Al-Farabi, dan Suhrowardi pada sekitar abad ke-17 di kerajaan Syafawi adalah Mullah Sadr dan Mir Damad, Dalam keterangan lain disebutkan, ada beberapa ilmuan yang selalau hadir dimejelis istana, yakni Baha Al-Din, Al-Syaerazi, filosof dan Muhammad Bagir ibn Muhammad Damad, filosof ahli sejarah, teolog, dan ia adalah seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah, Zande, Rud dan istana Chili sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman yang ditata secara baik dan ketika Abbas wafat, beliau meninggalkan 162 masjid, 48 akademi, 1.802 penginapan, dan 273 pemandian yang ada di Isfahan.

Ø Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Di bidang seni, kemajuan tampak begitu jelas gaya arsitektur bangunanny, seperti terlihat pada maajid Syah yang dibangun tahun 1603 M. unsur seni lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, kerajinan karpet, permadani, pakaian,, tenunan, mode, embikar, dan benda seni lainnya, seni lukis, pahat, syair, dan sebagainya.

3. Adapun sebab- sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani

2. Terjadinya degradasi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini.

3. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas l ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tingi.

4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.











DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003.



Karim, Abdul, Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publiser, 2007.



.Supriyadi, Dedi. M,Ag, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008



SPI - Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam Kerajaan Safawi

http://kumpulanmakalahalfia.blogspot.com/2013/03/spi-pertumbuhan-dan-perkembangan.html (Di akses 30 April 2015).



Mariabans: Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Kerajaan Safawi

http://mariabans.blogspot.com/2012/01/perkembangan-peradaban-islam-pada-masa.html ( Di akses 30 April 2015).

1 komentar:

  1. Titanium Bars, Sides, And Blades | The Best Baking Chairs
    1-16 oz. Ingredients: A blend of salt titanium rod in femur complications and gold titanium razor to gold titanium create titanium water bottle an ideal blend of the citizen titanium watch best baking chairs available.

    BalasHapus