Selasa, 29 Desember 2015

Mata Kuliah Tafsir Tarbawi





Tulisan ini saya buat untuk keperluan memenuhi tugas yang di berikan, melatih berfikir dan sebagai pengetahuan tentang berbagai macam ayat bekenaan dengan pendidikan.   



     AYAT-AYAT TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN
A.    Q.S AL-BAQARAH AYAT 247
TAFSIR :
Nabi mereka mengatakan kepada mereka “ sesungguhnya Allah telah mengutus untuk kamu Thalut menjadi raja. Namun mereka menjawab dan bersikap enggan menerimanya, sebab mereka merasa merekalah yang pantas menjadi pemimpin pemerintahan, karena mereka merasa punya harta dan memiliki keturunan yang  jelas, mereka berkata bagaimana mungkin dia memerintah kami sedang  dia bukan keturunan bangsawan, sedangkan mereka adalah para pemuka masyarakat dari bangsawan.
Namun Nabi mereka membantah keberatan tersebut, sebab Allah telah memilihnya dan melebihkannya keluasan dalam ilmu dan keperkasaan jasmani. Ada keistimewaan yang dimiliki oleh Thalut, siapapun tidak bisa menolak kehendak Allah, sebab dia yang maha mengetahui dan berkuasa atas segalah sesuatu keputusan apapun juga.
Dari ayat ini dipahami bahwa kekuasaan memerintah bukanlah atas dasar keturunan, tetapi atas dasar pengetahuan dan kesehatan jasmani, dan juga dalam memilih janganlah terpedaya keturunan, kedudukan sosial, atau popularitas, tetapi hendaknya atas dasar kepemilikan sifat-sifat dan kualifikasi yang menunjung tugas bagi yang dipilih.
Dengan demikian hubungannya dengan tema tujuan pendidikan menurut maksud ayat ini adalah untuk meraih kemuliaan dari Allah, untuk menjadi pemimpin umat, dan juga sebagai dasar sebuah keputusan dalam melihat dan memilih seseorang pemimpin, baik dalam ruang lingkup yang kecil seperti pemimpin shalat, sampai kepada pemimpin Negara, artinya tujuan  pendidikan itu yakni menjadikan seseorang cerdas, hingga dia dipercaya dan dipilih Allah untuk menjadi pemimpin bagi kaum atau masyarakat, inti dari ayat ini yakni pendidikan bertujuan untuk meraih kecerdasan, kemuliaan, dan juga menyehatkan Jasmani.

B.     Q.S AL-HAJJ AYAT 41
TAFSIR :
                        Dalam ayat ini “ orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yakni orang-orang yang diberikan kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka merdeka dan berdaulat, maka masyarakat tersebut akan mampu melaksanakan ibadah seperti shalat secara sempurna, rukun, syarat, dan sunah-sunahnya, dan mereka menunaikan zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara penyaluran yang ditetapkan Allah, serta meraka akan mampu menyuruh anggota-anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf, yakni nilai-nilai adat istiadat yang ada di masyarakat tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Dan lagi-lagi Allah lah yang menentukan kemenangan dan kekalahan, dengan pemimpin yang bertakwa maka masyarakat akan harmonis, dengan pemimpin yang berilmu maka berdampak pada keadaan masyarakat yang mampu saling mencegah dari berbuat keji dan dengan pemimpin yang berilmu juga mampu membawa dan menyuruh masyarakat yang salah kepada jalan kebenaran.
                        Kembali lagi kepada tema tentang tujuan pendidikan menurut ayat tersebut adalah kemampuan masyarakat yang Allah teguhkan dengan ilmu, maka dia mampu untuk mengelola satu wilayah dan menjalankan kekuasaan dengan baik dan harmonis, masyarakatnya akan mampu melaksanakan shalat dengan sempurna sebab ilmu yang dimiliki, tanpa ilmu tidak akan bisa dilakukan dengan sempurna.
                        Berarti tujuan pendidikan tersebut adalah menjadikan seseorang mulia dan bermartabat mampu memimpin, menjadikan kehidupan masyarakat menjadi harmonis, dan mampu menjalankan syariat islam dengan sempurna, seperti shalat, zakat, serta amar ma’ruf nahi mungkar, ilmu atau pendidikan itu menjadikan seseorang cerdas dan mampu mejalankan kehidupan ini sesuai dengan yang di kehendaki Allah dan Al-Quran yang Allah jadikan petunjuk bagi manusia dapat dipahami dengan ilmu untuk memahami makna yang terkandung didalamnya. Pendidikan menghasilkan manusia yang berkualitas iman dan takwa. inti dari ayat ini pendidikan bertujuan untuk amar ma’ruf nahi munkar.
  2.      AYAT-AYAT TENTANG SUBJEK PENDIDIKAN
A.    Q.S AR- RAHMAN AYAT 1-4
TAFSIR:
Ar-Rahman, dialah yang telah mengajarkan Al-Quran, Dalam ayat ini menyatakan bahwa Allah yang mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk dalam kehidupan ini, baik jin dan manusia yang taat maupun yang durhaka, malaikat, binatang, ataupun tumbuhan-tumbuhan. Disebutkan rahmat dan nikmat yang teragung yakni dengan menyatakan : Dialah yang telah mengajarkan Al-Qur’an kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Kata ‘allama mengajarkan memerlukan dua objek, banyak ulama yang menyebut objeknya adalah kata al-insaan dan Jin, atau yang lainnya. Malaikat jibril yang menerima wahyu-wahyu Al-Qur’an untuk disampaikan kepada Nabi Muhammmad, dan malaikat itu sendiri di ajarkan oleh Allah untuk mengajarkan kepada nabi Muhammad.
Ayat 3-4 “Dialah yang menciptakan manusia, mengajarkan Al-Qur’an. Allah yang mengajarkan Al-Qur’an itu, Allah yang menciptakan manusia, makhluk yang paling membutuhkan tuntunannya dan mengajarkan bagaimana manusia bisa menjelaskan sesuatu hal yang ada di benaknya dengan cara yang baik dan benar.
Kata al-insaan dalam ayat ini mencakup semua manusia sejak nabi Adam hingga akhir jaman, kata bayan pada mulanya adalah jelas, kata tersebut dipahami dalam arti “potensi mengungkap” yakni kalam atau ucapan dengan mengungkapkan apa yang ada dalam benak, tidak terbatas pada ucapan atau suara, namun Allah mengilhamkan kemampuan memahami suara yang keluar itu dan juga dapat menghadirkan sesuatu dari alam ini baik yang nyata ataupun yang abstrak. Kehidupan manusia tidak akan mencapai kemajuan dalam hidup ini tanpa menyadari tentang al-kalam atau pembicaraan itu sendiri, seperti sekarang ini banyak kemajuan yang dicapai, seperti tekhnologi, kedokteran, pengetahuan lainnya.
Jelaslah yang menjadi subjek dalam pendidikan menurut ayat ini ialah Allah yang dengannya Al-Qur’an di turunkan kepada nabi Muhammad lewat malaikat jibril dan beliau sampaikan kepada umat manusia dan tercapailah kehidupan manusia yang beradab dan selamat, tanpa campur Allah niscaya semua tidak akan ada.
B.      Q.S AL-KAHF AYAT 65-70
TAFSIR:
Banyak ulama yang berpendapat bahwa hamba Allah yang dimaksud dalam ayat ini ialah nabi Khidir, ayat diatas mengisyaratkan bahwa beliau di anugerahi rahmat dan ilmu. Hamba Allah yang tekun dalam pengelolaan jiwa dengan memperindah diri dengan akhlak serta sungguh-sungguh mengasah potensi ruhaniyah yang disebut potensi hissiyah, khayaliyyah, wahmiyyah, dia meraih potensi aqliyyah yang sangat jernih lagi sangat kuat.
Jiwa manusia beedasarkan fitrahnya adalah anugerah ilahi yang bersifat nuraniyyah, luhur, dan hanya sedikit berkaitan dengan hal-hal yang bersifat badaniyyah, sehingga sangat kuat kemampuannya menerima tuntunan dan anugerah ilahiyah, dan dapat menampung limpahan cahaya ilahi dengan sempurna.
Anugerah atau nikmat Allah sangat banyak baik nikmat zhahiriyah maupun bathiniyah,Allah mampu memberikan ilmu kepada hambanya tanpa sebab-sebab yang lumrah seperti yang diperoleh melalui indra atau pemikiran, seperti itulah ilmu yang dianugerahkan kepada nabi Khidir.
Setiap aksi pengetahuan memiliki dua faktor, yaitu subjek dan objek, secara umum subjeklah yang dituntut perannya dalam rangka memahami objek, namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang menampakan dirinya kepada subjek tanpa usaha yang dilakukan subjek.
Dalam pertemuan nabi Musa dan Khidir, nabi Khidir menjadi subjek, sebab nabi musa ingin belajar dari nabi Khidir, namun nabi Khidir berkata bahwa wahai kamu Musa tidak akan sabar  mengikutiku, hal ini menunjukan bahwa ilmu yang dianugerahkan Allah kepada nabi Khidir lebih banyak, yang tidak terpikirkan oleh nabi Musa serta tak sanggup untuk memahaminya secara rasio nalar dan alamiah. nabi Musa mencontohkan nilai akhlak bagi penuntut ilmu bahwasanya harus lah bersungguh-sungguh dan perhatian penuh terhadap ilmu dengan mempersiapkan tenaga, pikiran dan harta.
Bahwasanya nabi Musa menyadari bahwa sumber ilmu itu adalah Allah, dari itulah nabi Musa ingin belajar kepada nabi Khidir sebagai penerima ilmu dari Allah yang mendapat anugerah berupa kehebatan ilmu, dari ilmu itulahnabi Musa mendapat petunjuk yang benar. kemudian nabi Musa menilai pengajaran yang akan di terimanya merupakan perintah yang harus diikutinya dan mengabaikannya berarti pelanggaran terhadap kebenaran.
Dalam ayat ini Allah anugerahkan ilmu kepada nabi Khidir sebagai seorang yang alim, sehingga nabi Musa pun ingin belajar kepadanya, karena nabi Musa paham bahwa satu-satunya sumber ilmu ialah Allah, lalu Allah anugerahkan kepada hambanya yang shaleh yakni nabi Khidir, lalu diajarkan kepada nabi Musa untuk menjadi pelajaran bagi umatnya saat itu dan umat belakangan.

  3.      AYAT-AYAT TENTANG OBJEK PENDIDIKAN ATAU PESERTA DIDIK
A.    Q.S AT-TAHRIM AYAT 6
TAFSIR:
Ayat diatas memberikan tuntunan kepada orang yang beriman bahwa peliharalah dirimu dan juga keluargamu antara lain dengan meneladani nabi Muhammad dan peliharalah keluarga yakni istri, anak-anak, dan seluruh yang berada dibawah tanggung jawab kamu, dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya adalah batu-batu yang dijadikan berhala dan manusia-manusai yang kafir. Yang menjaga neraka itu bertugas untuk menyiksa penghuninya oleh malaikat-malaikat yang kasar hati dan perlakuannya yang tidak mendurhakai Allah dan mereka selalu mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Allah kepada mereka, mereka menyiksa sesuai dengan kadar dosa dan kesalahan masing-masing penghuni neraka.
Ayat ke enam di atas menggambarkan bahwa dakwah da pendidikan harus bermula dari rumah, ayat di atas walau secara redaksional di tujukan kepada kaum pria, hal tersebut bukan berarti hanya tertuju kepada mereka, akan teteapi juga kepada laki-laki dan perempuan sama-sama menjaga keluarganya, artinya kedua orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya dan pasangan masing-masing, sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.
Sebagai seorang ayah atau ibu harus mendidik anak-anak mereka dan ayah bertanggung jawab atas seluruh keluarganya memberikan pendidikan dan pengajaran, bila ia tidak mampu maka bisa dengan menitipkannya atau menghantarkannya kepada orang alim, bisa kerabat dekat atau kerabat jauh atau orang lain siapa saja. Dengan beberapa caranya, bisa masuk pesantren, dan lain-lain. Dengan begitu orang tua sudah menunaikan kewajibannya dalam mendidik anak.
Jadi yang menjadi objek pendidikan ialah keluarga anak, istri, dan orang yang menjadi tanggung jawabnya.
B.     Q.S ASY-SYU’ARA AYAT 214-216
TAFSIR:
Ayat di atas berpesan kepada Rasulullah bahwa hindarilah segala hal yang mengundang murka Allah dan berilah peringatan kerabat-kerabat yang terdekat tanpa pilih kasih dan rendahkanlah dirimu yakni berlaku lemah lembut dan rendahkanlah dirimu yakni orang yang bersungguh-sungguh mengikutimu yaitu orang mukmin, baik kerabatmu ataupun bukan.
Ayat ini tertuju kepada Rasulullah untuk member peringatan dan pengajaran kepada kerabat yakni anggota suku yang terdekat atau keluarga orang-orang yang sehari-hari saling bergaul, haruslah memiliki kerendahan hati dan hubungan harmonis dan perlindungan, serta ketabahan dan kesabaran bersama kaum beriman, khususnya pada saat sulit dan krisis keluarga dekat dari yang terdekat tidak boleh mengakibatkan seorang yang beriman mengorbankan keimanannya demi karena keluarga. Dalam mengajak kepada kebaikan pasti adalah yang tidak suka, namun dalam ayat ini Rasul menyikapinya dengan tegar dan berpegang teguh pada petunjuk Allah.
Dari pemahaman diatas bahwa ayat ini berisi perintah menjadikan keluarga terlebih dahulu dalam arti menjadikan sebagai objek pendidikan yang paling utama, lalu kemudian kerabat jauh dan selanjutnya kepada seluruh manusia, dan juga lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dalam belajar, olehkarena itu peran orang tua sangatlah penting dalam membina kepribadian anak-anak mereka.
Setelah itu kemudian mengajarkan kepada kerabat dan seluruh manusia, dalam menyamikan ilmu hendaklah beradab dan penuh hikmah agar orang lain terkesan dan mau mengikuti, dan bila mereka menolak maka itu bukanlah lagi tanggung jawab kita, sebab kita hanya bertugas menyampaikan peringatan kepada mereka, kita tidak boleh memaksa mereka untuk beriman dan memusuhi mereka.
Jadi yang menjadi objek pendidikan atau peserta didik yakni keluarga/kerabat dekat, kerabat jauh dan kemudian seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah. 
 
AYAT-AYAT TENTANG METODE PENDIDIKAN
A.    TEKS Q.S AL-MAIDAH AYAT 67
TAFSIR:
                         Alat ini merupakan janji Allah kepada Nabi Muhammad bahwa beliau akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ayat ini mengingatkan Rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada Ahli al-kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran yang di kandung oleh ayat-ayat lalu yang harus di sampaikan. Hal ini merupakan teguran keras. Teguran ini tegas pada hakekanya tidak sejalan dengan sifat nabi yang cenderung bersikap lemah lembut.
                        Di sini Allah memerintahkan bersikap lebih tegas menerapkan pengecualian yang diperintahkan-Nya, berbagai teguran keras yang disampaikan kepada Allah al-Kitab itulah dihadapkan pada kecenderungan sikap lemah lembut Nabi, yang merupakan hal khusus dan mengantar kepada peringatan tentang kewajiban menyampaiakan risalah disertai dengan jaminan keamanan beliau, itulah inti dari firman Allah “Hai rasul sampaiakanlah kepada siapa pun khususnya kepada ahli kitab apa yakni petunjuk Allah yang diturunkan kepadamu dari Tuhan yang selalu memeliharamu. Dan jika tidak engkau kerjakan apa yang diperintahkan ini walau hanya meninggalkan sebagian kecil dari apa yang harus engkau sampaikan, maka itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya, secara keseluruhan jangan khawatir sedikitpun menyangkut akibat penyampaian ini. Allah memeliharamu dari gangguan manusia, khusus kepada ahlul bait yang bermaksud jahat kepadamu akibat teguran-teguranmu yang keras itu. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang kafir termasuk yahudi dan nasrani.
                        Oleh ibnu Katsir menguraikan menurut beliau pada awalnya nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian, namun karena ada dukungan langsung dari Allah maka ada semangat agung ada pemberi semangat yang sempurna yakni Allah.
                        Begitu pula dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak boleh ragu dalam menyampaikan materi, sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir, jadi metode atau caranya ialah dengan menyampaikan dengan yakin dan mantap, tidak boleh ragu dan harus berani.
B.     TEKS Q.S AN-NAHL AYAT 125
TAFSIR:
Ayat ini menyatakan “Wahai nabi serulah, yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukan Tuhanmu, yakni ajaran islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau meragukan islam berbuatlah dengan hikmah dan pengajaran yang baik, itulah diantara metode dakwah yang hendaknya engkau tempuh mengahadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya, jangan hiraukan cemoohan atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada Allah karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepada.
Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai penjelasan tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Adapun terhadap cendikiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan cara menyampaikannya adalah denga hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.
Dan terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana.
Sedangkan terhadap ahli kitab dan penganut agama lain yang diperintahkan adalah jidal atau perdebatan dengan cara yang baik,yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari umpatan dan kekerasan.
Kata hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan, ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan dan kekeliruan. Kata mau’izhah berarti nasihat yaitu uraian yang menyentuh hati yang mengantarkan kepada kebaikan. Sedangkan kata jadilhum terambil dari kata jidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alas an atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak mampu bertahan, baik yang dipaparkan atau yang diterima oleh semua orang  maupun hanya oleh mitra bicara, jidal ada tiga, baik, yang terbaik, dan yang baik.

   AYAT-AYAT TENTANG MATERI PENDIDIKAN
  A.    TEKS Q.S LUQMAN AYAT 12-19
TAFSIR:
                         Allah telah mengaruniakan pemahaman dalam agama, ketepatan dalam pendapat dan kebenaran dalam ucapan kepada hamba yang shaleh dan selalu bertobat kepada Allah yaitu Luqman, Allah juga mensyukuri memerintahkannya untuk mensyukuri nikmat-nikmat-NYA, dengan cara melakukan ketaatan kepada Allah, pada hakikatnya ia memberi manfaat untuk dirinya sendiri.
                        Dalam ayat ke 13 kita dilarang untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, apabila kita tidak punya pengetahuan tentang hal itu, di ayat yang lain kita disuruh untuk berbakti kepada kedua orang tua serta berlaku baik kepada keduanya sebab ibu bersabar ketika dalam keadaan yang betul-betul lemah ketika menanggung beratnya beban dan banyaknya rasa sakit. Manusia juga disuruh untuk bersyukur kepada Allah dengan cara taat dan patuh kepada Allah, dan juga bersyukur kepada .kedua orang tua dengan cara berbakti kepada keduanya.
                        Dan apabila orang tua menginginkan kamu untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu atau menyuruh untuk bermaksiat, maka jangan mentaati keduanya, namun jangan sampai ketidaktaatan itu kamu jadi berbuat buruk kepada keduanya, akan tetapi tetaplah pergauli keduanya dengan baik di dunia. Dan ikutilah jalan orang yang suka bertaubat dan kembali kepada Allah, dan Allah yang akan membalasi semuanya sesuai perbuatan masing-masing.
                        Dan Luqman berkata kepada anaknya”Seandainya kadar kebaikan ataupun keburukan sangat kecil bagaikan biji sawi yang sangat tersembunyi, maka Allah tetap akan mengetahui dan membalasnya atau member ganjaran pada hari kiamat. Kemudian Luqman menyuruh anaknya untuk mendirikan shalat dan mengajak manusia untuk mengerjakan yang baik dan mencegah meraka dari penbuatan yang mungkar dan bersabar atas apa yang mennimpa kamu, artinya bersabar dari ketidaksenangan orang lain dan dari sikap jahat orang lain, sebagai mana dahulu nabi berdakwah penuh dengan tantangan dan cacian, dan Luqman menyuruh anaknya shalat sesuai syariat dan amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan dalil-dalil petunjuk dari Al-Quran atau wahyu.
                        Dan luqman mengajari anaknya tentang akhlaq, sebagaimana dikatakan bahwa jika kamu berlajan dimuka bumi jangalah sombong dan angkuh,karena Allah membenci perbuatan itu dan sederhana dalam berjalan serta merendahkan suara atau berbicara sesuai keperluan.
                        Sebagai penutup, jadi simpulan dari semua itu jika dihubungkan dengan materi pendidikan maka didapatkan kesimpulam sebagai berikut.
           Pertama, tentang Aqidah, masalah keimanan kepada Allah termasuk iman kepada yang lainnya.
           Kedua, tentang syariat, seperti system hubungan manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam.
           Ada dua system syariat atau kaidah, pertama tentang hubungan dengan Allah seperti Shalat, zakat, haji, dan puasa sesuai aturan Allah, adapun yang sifatnya muamalah yakni hubungan aturan manusia dengan manusia lainnya, serta juga hubungan dengan benda-benda yang ada di ala mini/
           Ketiga, mengenai akhlaq, yakni perbuatan yang mempunyai sangkut pautnya kepada sang pencipta serta akhlaq manusia terhadap sesame manusia.
  B.     TEKS Q.S FATHIR AYAT 27-28
TAFSIR:
Tafsir ayat ini menguraikan tentang bukti-bukti kuasa Allah, mengajak setiap orang untuk berpikir dan memperhatikan “wahai siapapun yang mampu melihat dan berpikir! Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan dari langit air hujan lalu kami dengan kuasa kami dan melalui hukum-hukum Allah, maka menghasilkan berbagai jenis buah-buahan yang beraneka ragam macam warna, bentuk, rasa, dan aromanya. Dan dapat pula dilihat pada gunung-gunung ada yang memiliki jalur dan garis-garis yang terlihat berwarna putih dan merah.
Menurut tim penyusun Taesir al- Muntakhab, kehebatan ayat ini dari segi ilmu pengetahuan bukan saja tampak ketika ia menyebutkan bahwa warna gunung yang bermacam-macam itu disebabkan adanya perbedaan materi-materi yang dikandung oleh bebatuan gunung-gunung itu. Selain membicarakan tentang tumbuhan ayat ini juga berbicara masalah perbedaan bentuk dan warna makhluk hidup, seperti manusia, binatang-binatang melata, ternak, unta, sapi, domba yang beragam ukuran, jenis dan warnanya.
Ayat ini juga menggaris bawahi kesatuan sumber materi namun menghasilkan aneka perbedaan, sperma yang menjadi penciptaan dan cikal bakal kejadian manusia dan binatang pada hakekatnya tampak tak berbeda, tetapi menghasilkan yang berbedaa-beda bentuk dan jenis.
Dari perbedaan itupula timbul berbagai macam watak bagi manusia dan juga binatang, dengan keseluruhan itu ayat ini berbicara tentang mana fenomena alam dan sosial, ini berarti pada ilmuan sosial dan alam dituntut agar mewarnai ilmu yang mereka miliki dengan nilai spiritual agar dalam penerapannya selalu mengindahkan nilai-nilai tersebut. Bahkan katanya ayat ini bisa dikatakan berbicara tentang kesatuan apa yang dinamai ilmu agama dan ilmu umum, puncak ilmu agama adalah pengetahuan tentang Allah.
Jadi jika dihubungkan dengan materi pendidikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, pertama yang menjadi matei pendidikan ialah ilmu agama diantaranya tentang keyakinan kepada adanya Allah, pengetahuan tentang Allah, kedua ilmu pengetahuan umum yang termasuk didalamnya ialah materi biologi, fisika, sosial dan lainnya.

AYAT-AYAT TENTANG PENILAIAN PENDIDIKAN
A.    TEKS Q.S AL-MAIDAH AYAT 8-10
TAFSIR:
Ayat ini mengemukakan bahwa ada perintah berlaku adil, “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi Qawwamin, yakni orang-orang yang selau dan bersungguh-sungguh menjadi pelaksana yang sempurna terhadap tugas-tugas kamu, terhadap wanita dan lainnya dengan menegakkan kebenaran karena Allah serta menjadi saksi dengan adil, baik terhadap keluarga anak dan istri kamu ataupun selainnya, berlaku adillah terhadap siapapun walau atas dirimu sendiri karena Allah, yakni adil itu lebih dekat kepada takwa yang sempurna daripada selain adil, dan bertakwa kepada Allah.
Orang yang adil dikatakan akan lebih dekat denga takwa, perlu dicatat bahwa keadilan merupakan kata yang menunjukkan substansi ajaran islam, yang dimaksud adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika seseorang melakukan pelanggaran dan wajar mendapat sanksi yang berat,ketika itu kasih tidak boleh berperan, karena ia dapat menghambat jatuhnya ketetapan hukum atasnya.
Pada ayat berikutnya 9 dan 10 Allah menggambarkan dan mengancam dengan mengatakan: Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan isi hati mereka dan membuktikannya dengan beramal shaleh.
Jika dikaitkan dengan penilaian pendidikan maka dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik tidak boleh secara subjektif, akan tetapi harus objektif, artinya harus berlaku adil, nilailah dengan sebenar-benarnya sesuai kenyataannya dan hasil yang dihasilkan peserta didik, dan tidak boleh pilih kasih dengan membeda-bedakan antara satu murid dengan murid yang lainnya, misal murid seorang anak pejabat atau orang kaya lebih di perhatikan daripada anak orang biasa.
B.     Q.S YUNUS AYAT 62-64
TAFSIR:
Ayat-ayat yang menguraikan perolehan seorang yang taat dengan menyatakan bahwa ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah ada ketakutan yakni keresahan hati atas mereka menyangkut sesuatu di masa datang dan tidak pula mereka dari saat ke saat bersedih hati menyagkut sesuatu yang terjadi di masa lampau. Para wali-wali Allah adalah orang-orang yang beriman yakin, yang percaya secara kesinambungan tanpa diselingi oleh keraguan dan mereka sejak dahulu hingga kini selalu bertakwa.
Kedekatan Allah kepada makhluknya dapat berati pengetahuannya yang menyeluruh tentang mereka dan dapat juga di samping itu dalam arti cinta, pembelajaran, dan bantuannya yang pertama berlaku terhadap segala sesuatu, sedang yang berarti cinta, bantuan, perlindungan dan rahmat-NYA, adalah kepada hamba-hambanya yang taat lagi mendekat kepadanya.
Yang dapat saya ambil dari tafsir  ayat ini berkaitan dengan penilaian harus punya keberanian, memberikan penilaian pendidikan bahwa dalam memberikan penilaian harus punya keberanian penilaian dengan mantap, dan lakukan terus penilaian pembelajaran secara berkesinambungan, dan penilaian baik hanya diberikan kepada siapa yang mampu menjadi yang baik sesuai dengan ketentuan yang diharapkan dan menilai yang buruk sesuai  dengan kenyataannya, sebagaimana Allah telah memberi pertolongan kepada orang yang bertakwa dan beriman, begitu pula dengan orang-orang yang kafir akan mendapat penilaian yang buruk, serta mendapat kesengsaraan dan yang mendapat nilai baik maka ia akan mendapat kabar gembira, bahwa dia telah berhasil memenuhi tuntutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar