Tulisan ini saya buat untuk keperluan memenuhi tugas yang di berikan, melatih berfikir dan sebagai pengetahuan tentang berbagai macam ayat bekenaan dengan pendidikan.
AYAT-AYAT TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN
A.
Q.S AL-BAQARAH AYAT 247
TAFSIR :
Nabi mereka mengatakan kepada mereka “ sesungguhnya Allah telah
mengutus untuk kamu Thalut menjadi raja. Namun mereka menjawab dan bersikap
enggan menerimanya, sebab mereka merasa merekalah yang pantas menjadi pemimpin
pemerintahan, karena mereka merasa punya harta dan memiliki keturunan yang jelas, mereka berkata bagaimana mungkin dia
memerintah kami sedang dia bukan
keturunan bangsawan, sedangkan mereka adalah para pemuka masyarakat dari
bangsawan.
Namun Nabi mereka membantah keberatan tersebut, sebab Allah telah
memilihnya dan melebihkannya keluasan dalam ilmu dan keperkasaan jasmani. Ada
keistimewaan yang dimiliki oleh Thalut, siapapun tidak bisa menolak kehendak
Allah, sebab dia yang maha mengetahui dan berkuasa atas segalah sesuatu
keputusan apapun juga.
Dari ayat ini dipahami bahwa kekuasaan memerintah bukanlah atas
dasar keturunan, tetapi atas dasar pengetahuan dan kesehatan jasmani, dan juga
dalam memilih janganlah terpedaya keturunan, kedudukan sosial, atau
popularitas, tetapi hendaknya atas dasar kepemilikan sifat-sifat dan
kualifikasi yang menunjung tugas bagi yang dipilih.
Dengan demikian hubungannya dengan tema tujuan pendidikan menurut
maksud ayat ini adalah untuk meraih kemuliaan dari Allah, untuk menjadi
pemimpin umat, dan juga sebagai dasar sebuah keputusan dalam melihat dan
memilih seseorang pemimpin, baik dalam ruang lingkup yang kecil seperti
pemimpin shalat, sampai kepada pemimpin Negara, artinya tujuan pendidikan itu yakni menjadikan seseorang
cerdas, hingga dia dipercaya dan dipilih Allah untuk menjadi pemimpin bagi kaum
atau masyarakat, inti dari ayat ini yakni pendidikan bertujuan untuk meraih
kecerdasan, kemuliaan, dan juga menyehatkan Jasmani.
B.
Q.S AL-HAJJ AYAT 41
TAFSIR
:
Dalam ayat ini “
orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yakni
orang-orang yang diberikan kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan
mereka merdeka dan berdaulat, maka masyarakat tersebut akan mampu melaksanakan
ibadah seperti shalat secara sempurna, rukun, syarat, dan sunah-sunahnya, dan
mereka menunaikan zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara penyaluran yang
ditetapkan Allah, serta meraka akan mampu menyuruh anggota-anggota
masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf, yakni nilai-nilai adat istiadat yang
ada di masyarakat tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Dan lagi-lagi
Allah lah yang menentukan kemenangan dan kekalahan, dengan pemimpin yang
bertakwa maka masyarakat akan harmonis, dengan pemimpin yang berilmu maka berdampak
pada keadaan masyarakat yang mampu saling mencegah dari berbuat keji dan dengan
pemimpin yang berilmu juga mampu membawa dan menyuruh masyarakat yang salah
kepada jalan kebenaran.
Kembali lagi kepada tema
tentang tujuan pendidikan menurut ayat tersebut adalah kemampuan masyarakat
yang Allah teguhkan dengan ilmu, maka dia mampu untuk mengelola satu wilayah
dan menjalankan kekuasaan dengan baik dan harmonis, masyarakatnya akan mampu
melaksanakan shalat dengan sempurna sebab ilmu yang dimiliki, tanpa ilmu tidak
akan bisa dilakukan dengan sempurna.
Berarti tujuan
pendidikan tersebut adalah menjadikan seseorang mulia dan bermartabat mampu
memimpin, menjadikan kehidupan masyarakat menjadi harmonis, dan mampu
menjalankan syariat islam dengan sempurna, seperti shalat, zakat, serta amar
ma’ruf nahi mungkar, ilmu atau pendidikan itu menjadikan seseorang cerdas dan
mampu mejalankan kehidupan ini sesuai dengan yang di kehendaki Allah dan
Al-Quran yang Allah jadikan petunjuk bagi manusia dapat dipahami dengan ilmu
untuk memahami makna yang terkandung didalamnya. Pendidikan menghasilkan
manusia yang berkualitas iman dan takwa. inti dari ayat ini pendidikan
bertujuan untuk amar ma’ruf nahi munkar.
2.
AYAT-AYAT TENTANG SUBJEK PENDIDIKAN
A.
Q.S AR- RAHMAN AYAT 1-4
TAFSIR:
Ar-Rahman, dialah yang
telah mengajarkan Al-Quran, Dalam ayat ini menyatakan bahwa Allah yang
mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk dalam kehidupan ini, baik jin dan
manusia yang taat maupun yang durhaka, malaikat, binatang, ataupun
tumbuhan-tumbuhan. Disebutkan rahmat dan nikmat yang teragung yakni dengan
menyatakan : Dialah yang telah mengajarkan Al-Qur’an kepada siapa yang
dikehendaki-Nya.
Kata ‘allama mengajarkan memerlukan dua objek, banyak ulama yang
menyebut objeknya adalah kata al-insaan dan Jin, atau yang lainnya. Malaikat
jibril yang menerima wahyu-wahyu Al-Qur’an untuk disampaikan kepada Nabi
Muhammmad, dan malaikat itu sendiri di ajarkan oleh Allah untuk mengajarkan
kepada nabi Muhammad.
Ayat 3-4 “Dialah yang menciptakan manusia, mengajarkan Al-Qur’an.
Allah yang mengajarkan Al-Qur’an itu, Allah yang menciptakan manusia, makhluk
yang paling membutuhkan tuntunannya dan mengajarkan bagaimana manusia bisa
menjelaskan sesuatu hal yang ada di benaknya dengan cara yang baik dan benar.
Kata al-insaan dalam ayat ini mencakup semua manusia sejak nabi
Adam hingga akhir jaman, kata bayan pada mulanya adalah jelas, kata tersebut
dipahami dalam arti “potensi mengungkap” yakni kalam atau ucapan dengan
mengungkapkan apa yang ada dalam benak, tidak terbatas pada ucapan atau suara,
namun Allah mengilhamkan kemampuan memahami suara yang keluar itu dan juga dapat
menghadirkan sesuatu dari alam ini baik yang nyata ataupun yang abstrak. Kehidupan
manusia tidak akan mencapai kemajuan dalam hidup ini tanpa menyadari tentang
al-kalam atau pembicaraan itu sendiri, seperti sekarang ini banyak kemajuan
yang dicapai, seperti tekhnologi, kedokteran, pengetahuan lainnya.
Jelaslah yang menjadi subjek dalam pendidikan menurut ayat ini
ialah Allah yang dengannya Al-Qur’an di turunkan kepada nabi Muhammad lewat
malaikat jibril dan beliau sampaikan kepada umat manusia dan tercapailah
kehidupan manusia yang beradab dan selamat, tanpa campur Allah niscaya semua
tidak akan ada.
B.
Q.S AL-KAHF AYAT 65-70
TAFSIR:
Banyak ulama yang berpendapat bahwa hamba Allah yang dimaksud dalam
ayat ini ialah nabi Khidir, ayat diatas mengisyaratkan bahwa beliau di
anugerahi rahmat dan ilmu. Hamba Allah yang tekun dalam pengelolaan jiwa dengan
memperindah diri dengan akhlak serta sungguh-sungguh mengasah potensi ruhaniyah
yang disebut potensi hissiyah, khayaliyyah, wahmiyyah, dia meraih potensi
aqliyyah yang sangat jernih lagi sangat kuat.
Jiwa manusia beedasarkan fitrahnya adalah anugerah ilahi yang
bersifat nuraniyyah, luhur, dan hanya sedikit berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat badaniyyah, sehingga sangat kuat kemampuannya menerima tuntunan dan anugerah
ilahiyah, dan dapat menampung limpahan cahaya ilahi dengan sempurna.
Anugerah atau nikmat Allah sangat banyak baik nikmat zhahiriyah
maupun bathiniyah,Allah mampu memberikan ilmu kepada hambanya tanpa sebab-sebab
yang lumrah seperti yang diperoleh melalui indra atau pemikiran, seperti itulah
ilmu yang dianugerahkan kepada nabi Khidir.
Setiap aksi pengetahuan memiliki dua faktor, yaitu subjek dan
objek, secara umum subjeklah yang dituntut perannya dalam rangka memahami
objek, namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang menampakan
dirinya kepada subjek tanpa usaha yang dilakukan subjek.
Dalam pertemuan nabi Musa dan Khidir, nabi Khidir menjadi subjek,
sebab nabi musa ingin belajar dari nabi Khidir, namun nabi Khidir berkata bahwa
wahai kamu Musa tidak akan sabar
mengikutiku, hal ini menunjukan bahwa ilmu yang dianugerahkan Allah
kepada nabi Khidir lebih banyak, yang tidak terpikirkan oleh nabi Musa serta
tak sanggup untuk memahaminya secara rasio nalar dan alamiah. nabi Musa
mencontohkan nilai akhlak bagi penuntut ilmu bahwasanya harus lah
bersungguh-sungguh dan perhatian penuh terhadap ilmu dengan mempersiapkan
tenaga, pikiran dan harta.
Bahwasanya nabi Musa menyadari bahwa sumber ilmu itu adalah Allah,
dari itulah nabi Musa ingin belajar kepada nabi Khidir sebagai penerima ilmu
dari Allah yang mendapat anugerah berupa kehebatan ilmu, dari ilmu itulahnabi
Musa mendapat petunjuk yang benar. kemudian nabi Musa menilai pengajaran yang
akan di terimanya merupakan perintah yang harus diikutinya dan mengabaikannya
berarti pelanggaran terhadap kebenaran.
Dalam ayat ini Allah anugerahkan ilmu kepada nabi Khidir sebagai
seorang yang alim, sehingga nabi Musa pun ingin belajar kepadanya, karena nabi
Musa paham bahwa satu-satunya sumber ilmu ialah Allah, lalu Allah anugerahkan kepada
hambanya yang shaleh yakni nabi Khidir, lalu diajarkan kepada nabi Musa untuk
menjadi pelajaran bagi umatnya saat itu dan umat belakangan.
3.
AYAT-AYAT TENTANG OBJEK PENDIDIKAN ATAU PESERTA DIDIK
A.
Q.S AT-TAHRIM AYAT 6
TAFSIR:
Ayat
diatas memberikan tuntunan kepada orang yang beriman bahwa peliharalah dirimu
dan juga keluargamu antara lain dengan meneladani nabi Muhammad dan peliharalah
keluarga yakni istri, anak-anak, dan seluruh yang berada dibawah tanggung jawab
kamu, dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu terhindar dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah batu-batu yang dijadikan berhala dan manusia-manusai
yang kafir. Yang menjaga neraka itu bertugas untuk menyiksa penghuninya oleh
malaikat-malaikat yang kasar hati dan perlakuannya yang tidak mendurhakai Allah
dan mereka selalu mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Allah kepada mereka,
mereka menyiksa sesuai dengan kadar dosa dan kesalahan masing-masing penghuni
neraka.
Ayat ke enam di atas menggambarkan bahwa dakwah da pendidikan harus
bermula dari rumah, ayat di atas walau secara redaksional di tujukan kepada
kaum pria, hal tersebut bukan berarti hanya tertuju kepada mereka, akan teteapi
juga kepada laki-laki dan perempuan sama-sama menjaga keluarganya, artinya
kedua orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya dan pasangan
masing-masing, sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.
Sebagai seorang ayah atau ibu harus mendidik anak-anak mereka dan
ayah bertanggung jawab atas seluruh keluarganya memberikan pendidikan dan
pengajaran, bila ia tidak mampu maka bisa dengan menitipkannya atau
menghantarkannya kepada orang alim, bisa kerabat dekat atau kerabat jauh atau
orang lain siapa saja. Dengan beberapa caranya, bisa masuk pesantren, dan
lain-lain. Dengan begitu orang tua sudah menunaikan kewajibannya dalam mendidik
anak.
Jadi yang menjadi objek pendidikan ialah keluarga anak, istri, dan
orang yang menjadi tanggung jawabnya.
B.
Q.S ASY-SYU’ARA AYAT 214-216
TAFSIR:
Ayat di atas berpesan kepada Rasulullah bahwa hindarilah segala hal
yang mengundang murka Allah dan berilah peringatan kerabat-kerabat yang
terdekat tanpa pilih kasih dan rendahkanlah dirimu yakni berlaku lemah lembut
dan rendahkanlah dirimu yakni orang yang bersungguh-sungguh mengikutimu yaitu
orang mukmin, baik kerabatmu ataupun bukan.
Ayat ini tertuju kepada Rasulullah untuk member peringatan dan
pengajaran kepada kerabat yakni anggota suku yang terdekat atau keluarga
orang-orang yang sehari-hari saling bergaul, haruslah memiliki kerendahan hati
dan hubungan harmonis dan perlindungan, serta ketabahan dan kesabaran bersama
kaum beriman, khususnya pada saat sulit dan krisis keluarga dekat dari yang
terdekat tidak boleh mengakibatkan seorang yang beriman mengorbankan
keimanannya demi karena keluarga. Dalam mengajak kepada kebaikan pasti adalah
yang tidak suka, namun dalam ayat ini Rasul menyikapinya dengan tegar dan
berpegang teguh pada petunjuk Allah.
Dari pemahaman diatas bahwa ayat ini berisi perintah menjadikan
keluarga terlebih dahulu dalam arti menjadikan sebagai objek pendidikan yang
paling utama, lalu kemudian kerabat jauh dan selanjutnya kepada seluruh
manusia, dan juga lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak
dalam belajar, olehkarena itu peran orang tua sangatlah penting dalam membina
kepribadian anak-anak mereka.
Setelah itu kemudian mengajarkan kepada kerabat dan seluruh
manusia, dalam menyamikan ilmu hendaklah beradab dan penuh hikmah agar orang
lain terkesan dan mau mengikuti, dan bila mereka menolak maka itu bukanlah lagi
tanggung jawab kita, sebab kita hanya bertugas menyampaikan peringatan kepada
mereka, kita tidak boleh memaksa mereka untuk beriman dan memusuhi mereka.
Jadi yang menjadi objek pendidikan atau peserta didik yakni
keluarga/kerabat dekat, kerabat jauh dan kemudian seluruh umat manusia yang ada
di muka bumi ini, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah.
AYAT-AYAT TENTANG METODE PENDIDIKAN
A.
TEKS Q.S AL-MAIDAH AYAT 67
TAFSIR:
Alat
ini merupakan janji Allah kepada Nabi Muhammad bahwa beliau akan dipelihara
Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ayat ini
mengingatkan Rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada Ahli al-kitab tanpa
menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran yang di kandung
oleh ayat-ayat lalu yang harus di sampaikan. Hal ini merupakan teguran keras.
Teguran ini tegas pada hakekanya tidak sejalan dengan sifat nabi yang cenderung
bersikap lemah lembut.
Di sini Allah memerintahkan
bersikap lebih tegas menerapkan pengecualian yang diperintahkan-Nya, berbagai
teguran keras yang disampaikan kepada Allah al-Kitab itulah dihadapkan pada
kecenderungan sikap lemah lembut Nabi, yang merupakan hal khusus dan mengantar
kepada peringatan tentang kewajiban menyampaiakan risalah disertai dengan
jaminan keamanan beliau, itulah inti dari firman Allah “Hai rasul
sampaiakanlah kepada siapa pun khususnya kepada ahli kitab apa yakni petunjuk
Allah yang diturunkan kepadamu dari Tuhan yang selalu memeliharamu. Dan
jika tidak engkau kerjakan apa yang diperintahkan ini walau hanya meninggalkan
sebagian kecil dari apa yang harus engkau sampaikan, maka itu berarti engkau
tidak menyampaikan amanat-Nya, secara keseluruhan jangan khawatir sedikitpun
menyangkut akibat penyampaian ini. Allah memeliharamu dari gangguan manusia,
khusus kepada ahlul bait yang bermaksud jahat kepadamu akibat teguran-teguranmu
yang keras itu. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang
yang kafir termasuk yahudi dan nasrani.
Oleh ibnu Katsir
menguraikan menurut beliau pada awalnya nabi merasa takut untuk menyampaikan
risalah kenabian, namun karena ada dukungan langsung dari Allah maka ada
semangat agung ada pemberi semangat yang sempurna yakni Allah.
Begitu pula dalam proses
pembelajaran harus ada keberanian, tidak boleh ragu dalam menyampaikan materi,
sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang
harus diberikan. Bukankah nabi berpesan yang hadir hendaknya menyampaikan kepada
yang tidak hadir, jadi metode atau caranya ialah dengan menyampaikan dengan
yakin dan mantap, tidak boleh ragu dan harus berani.
B.
TEKS Q.S AN-NAHL AYAT 125
TAFSIR:
Ayat ini menyatakan “Wahai nabi serulah, yakni lanjutkan
usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang
ditunjukan Tuhanmu, yakni ajaran islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau meragukan islam
berbuatlah dengan hikmah dan pengajaran yang baik, itulah diantara metode
dakwah yang hendaknya engkau tempuh mengahadapi manusia yang beraneka ragam
peringkat dan kecenderungannya, jangan hiraukan cemoohan atau tuduhan-tuduhan
tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada
Allah karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik
kepada.
Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai penjelasan tiga
macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Adapun
terhadap cendikiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan cara
menyampaikannya adalah denga hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak
sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.
Dan terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah,
yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan
taraf pengetahuan mereka yang sederhana.
Sedangkan terhadap ahli kitab dan penganut agama lain yang
diperintahkan adalah jidal atau perdebatan dengan cara yang baik,yaitu dengan
logika dan retorika yang halus, lepas dari umpatan dan kekerasan.
Kata hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala
sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan, ia adalah pengetahuan atau tindakan
yang bebas dari kesalahan dan kekeliruan. Kata mau’izhah berarti nasihat yaitu
uraian yang menyentuh hati yang mengantarkan kepada kebaikan. Sedangkan kata jadilhum
terambil dari kata jidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan
alas an atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak mampu bertahan, baik
yang dipaparkan atau yang diterima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara, jidal ada
tiga, baik, yang terbaik, dan yang baik.
AYAT-AYAT TENTANG MATERI PENDIDIKAN
A.
TEKS Q.S LUQMAN AYAT 12-19
TAFSIR:
Allah telah mengaruniakan
pemahaman dalam agama, ketepatan dalam pendapat dan kebenaran dalam ucapan
kepada hamba yang shaleh dan selalu bertobat kepada Allah yaitu Luqman, Allah
juga mensyukuri memerintahkannya untuk mensyukuri nikmat-nikmat-NYA, dengan
cara melakukan ketaatan kepada Allah, pada hakikatnya ia memberi manfaat untuk
dirinya sendiri.
Dalam ayat ke 13 kita
dilarang untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, apabila kita tidak punya
pengetahuan tentang hal itu, di ayat yang lain kita disuruh untuk berbakti
kepada kedua orang tua serta berlaku baik kepada keduanya sebab ibu bersabar
ketika dalam keadaan yang betul-betul lemah ketika menanggung beratnya beban
dan banyaknya rasa sakit. Manusia juga disuruh untuk bersyukur kepada Allah
dengan cara taat dan patuh kepada Allah, dan juga bersyukur kepada .kedua orang
tua dengan cara berbakti kepada keduanya.
Dan apabila orang tua
menginginkan kamu untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu atau menyuruh untuk
bermaksiat, maka jangan mentaati keduanya, namun jangan sampai ketidaktaatan
itu kamu jadi berbuat buruk kepada keduanya, akan tetapi tetaplah pergauli
keduanya dengan baik di dunia. Dan ikutilah jalan orang yang suka bertaubat dan
kembali kepada Allah, dan Allah yang akan membalasi semuanya sesuai perbuatan
masing-masing.
Dan Luqman berkata
kepada anaknya”Seandainya kadar kebaikan ataupun keburukan sangat kecil
bagaikan biji sawi yang sangat tersembunyi, maka Allah tetap akan mengetahui
dan membalasnya atau member ganjaran pada hari kiamat. Kemudian Luqman menyuruh
anaknya untuk mendirikan shalat dan mengajak manusia untuk mengerjakan yang
baik dan mencegah meraka dari penbuatan yang mungkar dan bersabar atas apa yang
mennimpa kamu, artinya bersabar dari ketidaksenangan orang lain dan dari sikap
jahat orang lain, sebagai mana dahulu nabi berdakwah penuh dengan tantangan dan
cacian, dan Luqman menyuruh anaknya shalat sesuai syariat dan amar ma’ruf nahi
munkar sesuai dengan dalil-dalil petunjuk dari Al-Quran atau wahyu.
Dan luqman mengajari
anaknya tentang akhlaq, sebagaimana dikatakan bahwa jika kamu berlajan dimuka
bumi jangalah sombong dan angkuh,karena Allah membenci perbuatan itu dan
sederhana dalam berjalan serta merendahkan suara atau berbicara sesuai keperluan.
Sebagai penutup, jadi
simpulan dari semua itu jika dihubungkan dengan materi pendidikan maka
didapatkan kesimpulam sebagai berikut.
Pertama, tentang Aqidah, masalah
keimanan kepada Allah termasuk iman kepada yang lainnya.
Kedua, tentang syariat, seperti
system hubungan manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia, serta
hubungan manusia dengan alam.
Ada
dua system syariat atau kaidah, pertama tentang hubungan dengan Allah seperti
Shalat, zakat, haji, dan puasa sesuai aturan Allah, adapun yang sifatnya
muamalah yakni hubungan aturan manusia dengan manusia lainnya, serta juga
hubungan dengan benda-benda yang ada di ala mini/
Ketiga, mengenai akhlaq, yakni
perbuatan yang mempunyai sangkut pautnya kepada sang pencipta serta akhlaq
manusia terhadap sesame manusia.
B.
TEKS Q.S FATHIR AYAT 27-28
TAFSIR:
Tafsir ayat ini menguraikan tentang bukti-bukti kuasa Allah,
mengajak setiap orang untuk berpikir dan memperhatikan “wahai siapapun yang
mampu melihat dan berpikir! Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan dari
langit air hujan lalu kami dengan kuasa kami dan melalui hukum-hukum Allah,
maka menghasilkan berbagai jenis buah-buahan yang beraneka ragam macam warna,
bentuk, rasa, dan aromanya. Dan dapat pula dilihat pada gunung-gunung ada yang
memiliki jalur dan garis-garis yang terlihat berwarna putih dan merah.
Menurut tim penyusun Taesir al- Muntakhab, kehebatan ayat ini dari
segi ilmu pengetahuan bukan saja tampak ketika ia menyebutkan bahwa warna
gunung yang bermacam-macam itu disebabkan adanya perbedaan materi-materi yang
dikandung oleh bebatuan gunung-gunung itu. Selain membicarakan tentang tumbuhan
ayat ini juga berbicara masalah perbedaan bentuk dan warna makhluk hidup,
seperti manusia, binatang-binatang melata, ternak, unta, sapi, domba yang
beragam ukuran, jenis dan warnanya.
Ayat ini juga menggaris bawahi kesatuan sumber materi namun
menghasilkan aneka perbedaan, sperma yang menjadi penciptaan dan cikal bakal kejadian
manusia dan binatang pada hakekatnya tampak tak berbeda, tetapi menghasilkan
yang berbedaa-beda bentuk dan jenis.
Dari perbedaan itupula timbul berbagai macam watak bagi manusia dan
juga binatang, dengan keseluruhan itu ayat ini berbicara tentang mana fenomena
alam dan sosial, ini berarti pada ilmuan sosial dan alam dituntut agar mewarnai
ilmu yang mereka miliki dengan nilai spiritual agar dalam penerapannya selalu
mengindahkan nilai-nilai tersebut. Bahkan katanya ayat ini bisa dikatakan
berbicara tentang kesatuan apa yang dinamai ilmu agama dan ilmu umum, puncak
ilmu agama adalah pengetahuan tentang Allah.
Jadi jika dihubungkan dengan materi pendidikan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut, pertama yang menjadi matei pendidikan ialah ilmu
agama diantaranya tentang keyakinan kepada adanya Allah, pengetahuan tentang
Allah, kedua ilmu pengetahuan umum yang termasuk didalamnya ialah materi
biologi, fisika, sosial dan lainnya.
AYAT-AYAT TENTANG PENILAIAN PENDIDIKAN
A.
TEKS Q.S AL-MAIDAH AYAT 8-10
TAFSIR:
Ayat ini mengemukakan bahwa ada perintah berlaku adil, “ Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi Qawwamin, yakni orang-orang
yang selau dan bersungguh-sungguh menjadi pelaksana yang sempurna terhadap
tugas-tugas kamu, terhadap wanita dan lainnya dengan menegakkan kebenaran
karena Allah serta menjadi saksi dengan adil, baik terhadap keluarga anak dan
istri kamu ataupun selainnya, berlaku adillah terhadap siapapun walau atas
dirimu sendiri karena Allah, yakni adil itu lebih dekat kepada takwa yang
sempurna daripada selain adil, dan bertakwa kepada Allah.
Orang yang adil dikatakan akan lebih dekat denga takwa, perlu
dicatat bahwa keadilan merupakan kata yang menunjukkan substansi ajaran islam,
yang dimaksud adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika seseorang
melakukan pelanggaran dan wajar mendapat sanksi yang berat,ketika itu kasih
tidak boleh berperan, karena ia dapat menghambat jatuhnya ketetapan hukum
atasnya.
Pada ayat berikutnya 9 dan 10 Allah menggambarkan dan mengancam
dengan mengatakan: Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang sesuai dengan isi hati mereka dan membuktikannya dengan beramal
shaleh.
Jika dikaitkan dengan penilaian pendidikan maka dalam melakukan
penilaian terhadap peserta didik tidak boleh secara subjektif, akan tetapi
harus objektif, artinya harus berlaku adil, nilailah dengan sebenar-benarnya
sesuai kenyataannya dan hasil yang dihasilkan peserta didik, dan tidak boleh
pilih kasih dengan membeda-bedakan antara satu murid dengan murid yang lainnya,
misal murid seorang anak pejabat atau orang kaya lebih di perhatikan daripada
anak orang biasa.
B.
Q.S YUNUS AYAT 62-64
TAFSIR:
Ayat-ayat yang menguraikan perolehan seorang yang taat dengan
menyatakan bahwa ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah ada ketakutan yakni
keresahan hati atas mereka menyangkut sesuatu di masa datang dan tidak pula
mereka dari saat ke saat bersedih hati menyagkut sesuatu yang terjadi di masa
lampau. Para wali-wali Allah adalah orang-orang yang beriman yakin, yang
percaya secara kesinambungan tanpa diselingi oleh keraguan dan mereka sejak
dahulu hingga kini selalu bertakwa.
Kedekatan Allah kepada makhluknya dapat berati pengetahuannya yang
menyeluruh tentang mereka dan dapat juga di samping itu dalam arti cinta,
pembelajaran, dan bantuannya yang pertama berlaku terhadap segala sesuatu,
sedang yang berarti cinta, bantuan, perlindungan dan rahmat-NYA, adalah kepada
hamba-hambanya yang taat lagi mendekat kepadanya.
Yang dapat saya ambil dari tafsir
ayat ini berkaitan dengan penilaian harus punya keberanian, memberikan
penilaian pendidikan bahwa dalam memberikan penilaian harus punya keberanian
penilaian dengan mantap, dan lakukan terus penilaian pembelajaran secara
berkesinambungan, dan penilaian baik hanya diberikan kepada siapa yang mampu
menjadi yang baik sesuai dengan ketentuan yang diharapkan dan menilai yang
buruk sesuai dengan kenyataannya,
sebagaimana Allah telah memberi pertolongan kepada orang yang bertakwa dan
beriman, begitu pula dengan orang-orang yang kafir akan mendapat penilaian yang
buruk, serta mendapat kesengsaraan dan yang mendapat nilai baik maka ia akan
mendapat kabar gembira, bahwa dia telah berhasil memenuhi tuntutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar